Atau kalau saya terlahir dari keluarga miskin, berarti perjuangan saya akan mengarah pada peningkatan ekonomi. Lain persoalan kalau saya terlahir dari keluarga kaya raya, mungkin saya harus belajar mengelola perusahaan.
Apabila Fakta Bawaan menentukan area medan juang kita, maka otomatis, Fakta Bawaan juga menentukan batas harapan kita. Tidak ada yang salah kalau seorang difabel berharap menjadi pemain sepak bola. Tapi jawabannya adalah kekecewaan.
Tidak salah juga seseorang yang miskin berharap punya istana megah. Tapi jawabannya teramat jelas ada di depan hidungnya.
Apa yang sebaiknya dilakukan?
Satu-satunya cara terbaik adalah menerima dan memanfaatkan Fakta Bawaan kita.Â
Tidak bisa ditolak kalau saya terlahir dari keluarga miskin, tapi bukan berarti saya akan miskin selamanya.
Tidak bisa disangkal kalau Anda terlahir tidak tampan, tapi bukan berarti Anda akan merugi seumur hidup. Tidak bisa ditepis kalau Anda terlahir di Indonesia, tapi bukan berarti tanah air ini akan menyiksa Anda sepanjang waktu.
Kita hanya perlu menerimanya, dan memanfaatkannya sebagai pengisi makna hidup.
Meskipun Fakta Bawaan tidak dapat dihindari, intinya tetaplah sama: bergantung dari bagaimana usaha kita untuk membentuk diri sendiri.
Setiap orang boleh terlahir dalam kondisi yang berbeda-beda, tetapi perjuangan sesungguhnya terletak pada bagaimana kita dapat menciptakan identitas kita sendiri.
Percuma Anda terlahir sebagai anak sultan kalau Anda terlampau manja hingga menjadi pribadi yang lesu. Hasil itu tidak lebih bernilai dari mereka yang terlahir miskin, tapi berjuang memenuhi kebutuhannya.
Percuma juga Anda terlahir dengan genetika yang rupawan kalau Anda punya sifat angkuh dan pongah. Hasil itu tidak lebih berarti dari mereka yang cacat fisik, tapi bersikeras melawan batasannya.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!