Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Fate seemed to be toying us with jokes that were really not funny.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

Hidup Tenang dengan Memahami "Fakta Bawaan"

16 Juni 2021   19:42 Diperbarui: 25 Juni 2021   01:01 945
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anda bisa mengatakan itu sebagai "takdir", tetapi tidak bisa mengatakannya sebagai "Fakta Bawaan" yang saya maksud. Sebab, parameter dari Fakta Bawaan adalah takdir yang kita terima semenjak terlahir ke dunia.

Takdir semacam tertabrak sepeda tadi masih terbilang bisa dihindari jika Anda berhati-hati dan mengabaikan ponsel saat berjalan. Tidak dengan Fakta Bawaan, Anda (maksud saya kita) tidak punya kuasa sama sekali untuk menghindarinya.

Jadi, bedakan itu.

Apakah Fakta Bawaan itu adil?

Sejauh apa pun kita mengeluhkan Fakta Bawaan, kenyataannya tidak akan berubah. Mungkin teknologi modern sudah bisa menyangkal beberapa di antaranya, contohnya lewat metode transgender. Tapi pada banyak Fakta Bawaan, kita tetaplah tidak berdaya.

Misalnya, seseorang yang terlahir sebagai difabel. Jika dia terus mengeluhkan kondisi itu, dia tidak akan pernah menjalani hidupnya dengan senyuman. Dan dampak buruknya, dia juga bisa merugikan orang lain yang tidak bertanggung jawab atas apa pun terhadap dirinya.

Atau berkaitan dengan siapa ibu dan ayah kita. Seorang teman saya berucap, "Duh, andaikan aku bisa memilih, aku ingin terlahir dari rahim ibu yang cantik dan ayah yang tampan. Pasti sekarang aku sudah banyak dipuja-puja oleh para gadis!"

Tapi kehidupan tidak berjalan demikian! 

Apakah adanya Fakta Bawaan ini terbilang adil? Maksud saya, ada beberapa dari kita yang terlahir dalam keadaan miskin, tapi yang lainnya sangat berlainan. Ada yang terlahir sebagai putra mahkota, dan ada juga yang sebagai putra pemulung.

Dan apakah itu adil?

Saya berani katakan: Ya, itu adil.

Jangan terburu-buru memprotes, Pembaca. Mari saya luruskan bagaimana saya memandang keadilan. Apabila kata "adil" dipahami sebagai "sama", maka jelas kehidupan tidaklah adil. Kita saja terlahir dalam kondisi fisik yang berbeda-beda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun