Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Fate seemed to be toying us with jokes that were really not funny.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pelajaran Terselubung dari Konsep "Efek Kupu-kupu"

26 Mei 2021   11:30 Diperbarui: 26 Mei 2021   11:48 637
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Efek Kupu-kupu atau Butterfly Effect menyimpan makna lain yang jarang terungkap | Ilustrasi oleh Larisa Koshkina via Pixabay

Pada akhir Juni 1914, seorang remaja Bosnia-Serbia bernama Gavrilo Princip pergi ke Sarajevo bersama dua orang nasionalis lainnya untuk membunuh Archduke Franz Ferdinand yang sedang dalam perjalanan.

Upaya pertama mengalami kegagalan; sebuah bom atau granat meledak pada sasaran yang salah dan hanya melukai penumpangnya. Kemudian korban tersebut dilarikan ke rumah sakit dan mendapatkan perawatan.

Kisah berlanjut pada 28 Juni 1914, Ferdinand berencana untuk menjenguk korban serangan bom itu sebagai wujud simpati. Rute perjalanan Ferdinand seharusnya telah diubah untuk tidak melewati rute sebelumnya, tetapi pengemudi mobil Ferdinand tidak mendapatkan pesan tersebut.

Di sisi lain, Princip bangun pagi pada hari yang sama dan pergi untuk membeli sandwich di sekitar rute perjalanan Ferdinand. Bertepatan dengan itu, dia melihat mobil Ferdinand hendak melintas dan tidak menyia-nyiakan kesempatan itu.

Princip menembak Ferdinand dan istrinya saat itu juga. Pihak Kekaisaran Austro-Hungaria menuntut tanggung jawab Serbia atas peristiwa itu. Namun karena pada dasarnya Princip bukanlah siapa-siapa, peristiwa tersebut tidak mendapatkan kejelasan dari pihak Serbia.

Akhirnya Kekaisaran Austro-Hungaria pun menyuarakan perang hingga merangsang negara lain untuk ikut terlibat. Maka meletuslah Perang Dunia I, yang pada akhirnya juga memicu Perang Dunia II dan Perang Dingin.

Seandainya tidak terjadi kesalahan komunikasi antara pengemudi mobil Ferdinand dengan pihak otoritas, mungkin pembunuhan itu tidak akan terjadi. 

Dan seandainya Princip bangun kesiangan dan tidak pergi membeli sandwich, mungkin dia tidak akan bertemu dengan sasarannya lagi.

Peristiwa tersebut hanyalah satu dari sekian banyaknya peristiwa besar yang diawali oleh sesuatu yang kecil dan remeh. Secara umum, konsep ini dikenal dengan "Efek Kupu-kupu" atau "Butterfly Effect".

Efek Kupu-kupu merupakan bagian dari Chaos Theory yang dipelopori oleh Edward N. Lorenz. Pada dasarnya, Efek Kupu-kupu memberitahu kita bahwa tindakan kecil bisa memicu efek yang sangat besar dan kompleks.

Lorenz mengumpamakannya dengan indah bahwa satu kepakan kecil dari kupu-kupu di Brazil dapat menyebabkan badai tornado di Texas. Dengan demikian, salah satu makhluk paling ringan dan mungil tersebut dapat melepaskan kekuatan penghancur yang menakutkan.

Secara sekilas, konsepnya terkesan sederhana. Maksud saya, semua orang mudah untuk mengerti bahwa tindakan kecil dapat memicu hasil yang besar, seperti kata pepatah lama, "Sedikit demi sedikit, lama-lama jadi bukit."

Tapi, ada makna lain yang lebih besar dari Efek Kupu-kupu. Dan karenanya, pelajaran ini hanya bisa ditemukan oleh mereka yang mau menggali lebih dalam tentang konsep Efek Kupu-kupu. Jadi ya ... saya akan membantu Anda.

Inilah pelajaran terselubung dari Efek Kupu-kupu terhadap kehidupan kita.

Hidup selalu tentang pilihan dan keputusan

Efek Kupu-kupu dapat menjadi cermin yang jelas bahwa hidup selalu tentang pilihan dan keputusan. Tidak peduli Anda dalam situasi sesulit apa pun, pilihan selalu ada. 

Hidup membuka kemungkinan yang tak terbatas, maka sepanjang waktu, kita berhadapan dengan kemungkinan-kemungkinan itu.

Dunia adalah tempat yang kompleks dengan banyak sistem yang tidak selalu kita mengerti. 

Kita tidak pernah bisa sepenuhnya menghindari efek negatif dari keputusan kita, tapi kita bisa menguranginya dengan merefleksikan apa yang kita lakukan, mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang dan kemudian mengubah arah bila perlu.

Seperti dalam kata-kata Viktor Frankl, "Segala sesuatu dapat dirampas dari seorang manusia kecuali satu hal: kebebasan terakhir manusia---untuk memilih bersikap dalam setiap keadaan, untuk memilih jalannya sendiri."

Ketika pilihan itu tampak tidak ada, maka pilihan itu terletak dalam diri kita dari cara kita menyikapinya.

Dalam hal kecil, ketika Anda bangun pagi, Anda telah dihadapkan pada pilihan entah disadari atau tidak. 

Anda bisa memilih untuk bangkit dan membasuh wajah, atau berguling-guling mencari ponsel yang semalam Anda letakkan di bawah bantal, atau berselimut kembali dan melanjutkan mimpi.

Katakanlah Anda memilih untuk pergi ke kamar mandi dan membasuh wajah Anda yang kusut. Tapi di saat itu pun, Anda telah berhadapan dengan pilihan lagi. 

Anda bisa langsung membasuh wajah atau menyisir rambut terlebih dahulu, atau buang air kecil, atau menatap cermin ... apa pun bisa Anda lakukan.

Ketika kita memilih suatu hal, maka kita pun melewatkan banyak kemungkinan lain. Dalam setiap keputusan yang kita ambil, kita akan selalu mengorbankan sesuatu. Dan itu tidak apa-apa. Hidup memang demikian.

Ini menyingkap rahasia lain dari kehidupan bahwa setiap keputusan akan memengaruhi masalah kita.

Misalnya Anda memutuskan bahwa setiap hari Sabtu, Anda akan pergi ke gym untuk membentuk otot perut seperti roti sobek. Disadari ataupun tidak, keputusan tersebut meletakkan fondasi masalah yang akan Anda hadapi pada setiap hari Sabtu.

Anda harus menentukan pukul berapa Anda berangkat, lalu menunda agenda lain yang barangkali semacam hobi, kemudian mengabaikan orang-orang yang membutuhkan Anda pada saat itu, dan sebagainya.

Jadi untuk memecahkan masalah tersebut pun, ternyata Anda dituntut untuk membuat keputusan lagi. Siklus ini terus melingkar sepanjang hidup kita dan karenanya setiap keputusan dapat menentukan nasib kita.

Inilah pesan kuat dari Efek Kupu-kupu: setiap keputusan, sekecil dan seremeh apa pun, dapat memengaruhi kehidupan kita. Dan karenanya kita memerlukan pertimbangan yang cermat sebelum mengambil keputusan, sebab itulah yang membentuk nasib kita.

"Kita tidak dapat mengubah kartu yang dibagikan kepada kita, hanya bagaimana kita memainkannya." (Randy Pausch)

Memberi nilai/makna pada setiap hal

Rahasia kebahagiaan saya amat sederhana: saya memberikan nilai/makna pada setiap hal, entah pengalaman, seseorang, benda, identitas; semuanya.

Memberikan nilai/makna berarti menghargai segala sesuatu. Dengan cara ini, kita dapat melihat setiap sisi dari apa pun dan mengungkap pelajaran jangka panjang.

Katakanlah saya dihadapkan pada tumpukan tugas sekolah yang menyebalkan. Ayolah, (hampir) setiap orang benci ini dan mengurangi gairah hidup.

Tapi akan berbeda jika saya memaknai tugas tersebut sebagai jembatan menuju pengetahuan yang belum saya ketahui, dan keyakinan bahwa pengetahuan tersebut akan bermanfaat di lain hari. 

Dengan begitu, saya telah membangun gairah semangat dan mendapatkan tujuan akhir yang lebih terang.

Itulah hakikat dari memberikan nilai/makna terhadap sesuatu. Ketika kita membangun penilaian, kita sedang mengungkap segala sisi dari sesuatu. Tidak hanya berlaku pada hal yang menyebalkan seperti mengerjakan tugas, tapi juga bermanfaat pada hal yang menyenangkan.

Sekarang katakanlah Anda akan pergi berlibur ke pantai. Dengan memberikan nilai/makna pada pengalaman tersebut, Anda juga akan menemukan "sisi gelap" darinya yang memicu pembelajaran di waktu nanti.

Mungkin liburan Anda tersebut mengacaukan agenda Anda di kantor. Kabar baiknya, Anda sekarang mengerti bahwa di lain waktu, sebaiknya Anda pergi berlibur ketika agenda kosong. Demikianlah pengorbanan yang Anda lakukan semakin kecil.

Memberikan nilai/makna juga berlaku pada benda. Misalnya laptop yang saya gunakan untuk menulis artikel ini. 

Meskipun hanya bisa hidup dalam keadaan mengisi daya, tapi laptop inilah yang membantu saya menumpahkan gagasan dalam artikel online, novel, bahkan diary. Jadi saya tetap berbahagia. Dan menghargai.

Begitu juga pada seseorang; intinya semua hal dapat menjadi berharga ketika kita memberikannya nilai/makna. Dan Efek Kupu-kupu memperjelas gagasan ini bahwa dengan menghargai hal-hal kecil, kita punya peluang besar untuk membangun kebahagiaan jangka panjang.

"... hanya lewat hati kita dapat melihat dengan baik; apa yang penting tidak terlihat oleh mata." (Antoine de Saint-Exupry dalam Le Petit Prince)

Pentingnya konsistensi

Dalam pepatah lama, "Air yang menetes melubangi batu, bukan karena paksaan tetapi melalui ketekunan". Dan sejalan dengan konsep Efek Kupu-kupu, kita memerlukan konsistensi pada hal kecil jika ingin membuatnya besar.

Perhatikan kembali perumpamaan dari Lorenz: satu kepakan kecil dari kupu-kupu di Brazil dapat menyebabkan badai tornado di Texas. Apakah itu merupakan hubungan kausalitas secara langsung? Tidak, itu merupakan efek domino.

Kepakan sayap kupu-kupu mewakili turbulensi kecil di atmosfer yang menyebabkan rangkaian peristiwa yang mengarah pada perubahan peristiwa yang jauh lebih besar dengan jarak ribuan mil.

Bayangkan bola salju kecil di puncak gunung. Ketika bergerak menuruni gunung, bola salju tersebut tidak hanya memperoleh momentum dan kecepatan, tapi juga bertambah besar dan berpotensi menjadi bahaya fatal bagi apa pun yang dilewatinya.

Demikian pula halnya kehidupan kita. Ketika kita diingatkan bahwa hal kecil dapat memicu hasil yang besar, bukan berarti itu akan terjadi secara instan. 

Kita perlu melakukannya secara konsisten layaknya bola salju kecil yang menuruni gunung tadi. Jika berhenti di tengah jalan, bisa jadi momentum tersebut malah lenyap.

Ya ... ini tidak terlalu sulit untuk dimengerti. Dan mungkin benar juga anggapan bahwa kehidupan kita hanyalah rangkaian dari efek domino. Dalam satu perspektif, itu benar.

Membunuh harapan

Sisi gelap dari Efek Kupu-kupu adalah bahwa hal kecil juga bisa menghancurkan kehidupan kita. Tulisan ini diawali oleh contoh negatif dari Efek Kupu-kupu, maka demikian benarnya, bahwa Efek Kupu-kupu juga bisa memicu hasil buruk kepada kita.

Tentu ini mengindikasikan bahwa keputusan sekecil apa pun perlu dipertimbangkan dengan cermat. Tapi cara lain untuk mengatasi persoalan ini adalah dengan membunuh harapan.

Efek Kupu-kupu dapat rusak ketika kita membangun harapan. Harapan adalah sumber kekecewaan yang juga membungkam makna dari sesuatu.

Sederhananya begini: ketika kita tahu bahwa pada akhirnya Efek Kupu-kupu juga bisa memicu hasil yang buruk, maka kita akan cenderung overthinking dalam memutuskan sesuatu. 

Paradoksnya, overthinking malah membuat keputusan kita diwarnai ilusi berlebihan dan merusak daya kita dalam memilih.

Nah, overthinking dapat dihentikan dengan membunuh harapan. Ketika kita membangun harapan, artinya kita mengkhawatirkan hasil akhir. Dan sayangnya, hasil akhir bukanlah sesuatu yang dapat kita kendalikan.

Katakanlah saya berjumpa dengan seorang nenek yang hendak menyeberang jalan. Terkesan sepele, tapi bantuan saya mungkin akan menghindarkan nenek tersebut dari pemborosan waktu atau bahkan kecelakaan.

Namun bagaimana jika saya teringat dengan Efek Kupu-kupu? Saya akan berpikir bahwa bantuan saya terhadap nenek tersebut mungkin akan berujung penolakan, dibentak, atau suatu hari, dia tidak akan pernah membalas kebaikan saya.

Pikiran tersebut sebenarnya adalah bentuk harapan bahwa nenek tersebut akan membalas kebaikan saya di waktu nanti. Dan dengan harapan tersebut, saya menjadi ragu untuk menolong dan jika tetap membantu, kebaikan saya telah ternodai.

Bayangkan skenario lainnya. Saya membunuh segala harapan dan hanya pergi membantu nenek tersebut menyeberangi jalan. Selanjutnya saya tidak bisa mengendalikan hasil; apa yang terjadi hanya akan terjadi.

(Siapa yang tahu, mungkin nenek tersebut memberikan imbalan sebuah jeruk pada akhirnya).

Ada perbedaan mendasar antara membangun nilai/makna dan membangun harapan. Dalam kasus di atas, membantu nenek tersebut murni atas nama kebaikan adalah membangun nilai/makna. Tetapi ketika melampaui itu, maka ia menjadi harapan.

 "Jika seseorang akan mulai dengan kepastian, dia akan berakhir dengan keraguan; tetapi jika dia akan puas hidup dengan keraguan, dia akan berakhir dengan kepastian. " (Francis Bacon)

Nah, itulah sedikitnya 4 pelajaran terselubung dari konsep Efek Kupu-kupu. Pada intinya, seluruh rangkaian kehidupan kita memang dipenuhi hal-hal kecil dan remeh yang sering kali kita abaikan. Tapi dengan mengenal konsep ini, kita sekarang tahu di mana letak harta karunnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun