Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Live to the point of tears.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pentingnya Mengembangkan Keraguan

22 Mei 2021   11:15 Diperbarui: 22 Mei 2021   11:34 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika seseorang meragukan kepastian mereka sendiri, maka mereka mengizinkan potensi Tuhan untuk menunjukkan kepada mereka sesuatu yang berbeda.

Perbedaannya adalah antara menjadikan diri sendiri sebagai tuhan yang mutlak atau, dalam kerendahan hati, membiarkan kemungkinan adanya Tuhan dalam hidup kita.

Ini tidak apa-apa sejauh kita mengakui bahwa kita mungkin memiliki sesuatu yang belum dipelajari.

Keraguan bukanlah lawan dari iman; itu adalah elemen dari iman. -- Paul Tillich

Peran keraguan dalam sains dan filsafat

Satu-satunya yang aku ketahui adalah bahwa aku tidak tahu apa-apa. -- Socrates

Bapak filsafat modern, Rene Descartes, membangun filsafatnya sendiri dengan fondasi keraguan. Dia meragukan segala sesuatu, dan hanya itulah yang dia yakini.

Namun, kemudian dia menyadari sesuatu: satu hal pasti benar, dan itu adalah bahwa dia yang sedang ragu. Ketika dia ragu, dia pasti sedang berpikir, dan karena dia berpikir, pastilah bahwa dia seorang makhluk yang berpikir.

Maka terkenallah ungkapannya yang khas: Cogito, ergo sum (Aku berpikir, maka aku ada).

Dalam pepatah Persia, "Keraguan adalah kunci ilmu." Inilah yang membuat keraguan begitu "sakral" di ranah sains (atau ilmu pengetahuan) dan filsafat.

Peradaban manusia akan runtuh tanpa sains, dan sains akan runtuh tanpa keraguan. "Pikiran yang tidak tahu dan ingin tahu" akan mengungkapkan cahaya dari gelap.

Dalam ranah sains dan filsafat, kita menanyakan tidak hanya di mana ada celah dalam pengetahuan kita, tetapi juga di mana kepercayaan saat ini mungkin salah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun