Ini jelas tidak berguna; keraguan semacam ini tidaklah bermanfaat dan malah merugikan. Keraguan itu penting, tetapi jika kita berhenti di sana, kita sedang melemparkan bumerang.
Keraguan adalah "modal" dan bukannya "produk". Karenanya keraguan itu harus ditindaklanjuti melalui pencarian akan kebenaran.Â
Ketika Anda memiliki modal untuk membuka usaha, Anda tidak berhenti pada saat memiliki modal, tetapi menjadi katalisator untuk tindakan.
Dalam kasus tadi, jika saya menjadikan keraguan sebagai "modal", maka saya akan pergi memeriksa buku referensi, atau mendengarkan materi dari guru lain untuk memastikan bahwa materi yang disampaikan di depan kelas tadi adalah benar.
Sekarang Anda dapat mengerti bahwa keraguan adalah awal dari keingintahuan; sebuah pengakuan akan ketidaktahuan. Maka ini menjadi penting sebagai modal pelajar dalam pendidikan.
Melampaui "akar"
Bayangkan Anda ingin mencari tahu letak akar dari sebuah pohon. Pertama-tama Anda memeriksa dari atas menuju ke bawah; dari pucuk daun hingga ke tanah.
Setelah proses pencarian yang detail, Anda pun menemukan akar pohon tersebut pada akhirnya. Katakanlah bahwa akar tersebut adalah kebenaran. Dengan kata lain, Anda telah sampai pada kebenaran.
Tetapi apa yang terjadi jika Anda sendiri masih meragukan akar tersebut? Dengan berdalih bahwa keraguan itu amatlah penting, maka Anda pun tetap meragukan akar tersebut. Apa yang akan terjadi?
Anda akan terperosok ke dalam jurang yang tiada ujung. Anda terjebak ke dalam pencarian yang tiada akhir. Dan ini melenceng dari tujuan sikap meragukan itu sendiri.
Logika sederhananya, jika Anda ingin mencari akar dan Anda telah menemukannya, untuk apa tetap mencari? Kecuali jika Anda ingin mencari lebih banyak, Anda dapat meneruskan pencarian.
Inilah yang saya sebut sebagai "melampaui akar". Tidak ada yang salah dengan keraguan. Tetapi ingat kembali mengapa kita meragukan sesuatu: untuk mencari kebenaran.Â