Jika kebenaran itu telah kita capai, untuk apa meneruskan perjalanan yang melelahkan itu?
Di sinilah kita tahu bahwa sikap meragukan itu terdapat garis batasan, yaitu kebenaran itu sendiri. Pasti akan ada satu yang tidak bisa disangkal lagi sebagai kebenaran, dan di sanalah kita dapat berhenti dan memuaskan diri.
Meskipun terdengar naif, tapi "melanjutkan pencarian melampaui akar" malah membuat kita tersesat dalam keraguan yang tidak terbatas. Dan itu menakutkan.
Seperti kata Rene Descartes, tidaklah masuk akal jika kita meragukan semuanya, tetapi secara prinsip kita bisa meragukan segala sesuatu.
Mengapa keraguan itu penting?
Langkah terbesar yang pernah saya ambil dalam kehidupan adalah keberanian untuk meragukan segala sesuatu yang telah lama bercokol dalam pikiran dan keyakinan saya sendiri.
Saya harus bersombong sedikit bahwa saya merasakan perkembangan pesat dalam diri saya, entah secara intelektual maupun tindakan.Â
Dengan mengawali langkah bersama keraguan, saya membersihkan puing-puing reruntuhan untuk membangun rumah baru yang lebih kokoh.
Dan segala keraguan itu telah membantu saya untuk membangun fondasi rumah di atas beton ketimbang di atas pasir yang tersapu ombak.
Tapi, abaikan kisah tersebut. Anda telah mengetahui bagaimana "pistol" ini dapat membunuh Anda, tetapi sekarang adalah waktunya untuk Anda mengetahui manfaatnya. Jadi, apa manfaat dari sikap meragukan sesuatu?
Awal dari berpikir kritis
Mustahil untuk berpikir kritis jika Anda tidak mempertanyakan sesuatu. Dan menariknya, pertanyaan-pertanyaan yang Anda butuhkan (selalu) datang dari keraguan.
Jadi, abaikan saja jika seorang teman mengatakan bahwa Anda bodoh hanya karena meragukan sesuatu. Kabar baiknya, Anda mengakui ketidaktahuan Anda sendiri untuk menuju pengetahuan yang hakiki.