Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Live to the point of tears.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: "Badut" Misterius

22 Desember 2020   07:32 Diperbarui: 22 Desember 2020   07:34 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Women of the year versiku/pxhere.com

Tepat pada hari ulang tahunku, 25 Juni 2020, WhatsApp-ku menerima pesan dari seorang misterius. Nomor itu sama sekali baru; dan ini masih pukul 01:23 WIB. Aku terbangun karena suara notifikasi itu. Dengan jiwa separuh sadar, aku mulai membacanya:

Selamat ulang tahun, Pangeran Cilikku. Bagaimana kamu akan merayakannya? Atau barangkali sebuah perayaan sangat tak pantas untuk mengenang betapa dekatnya kematian denganmu. Tetapi, Nak, orang yang hidup secara paripurna tak pernah takut mati.

Apa yang unik dari perayaan ulang tahun? Seorang badut! Aku akan menjadi badutmu selama beberapa waktu. Bukankah itu luar biasa? Namun sebelumnya, bantu aku sedikit menjawab beberapa pertanyaan.

Bagaimana sebuah kehidupan berjalan tanpa penderitaan?

Bagaimana sesuatu muncul dari ketiadaan?

Apakah kamu percaya pada takdir?

N. B. kita berjumpa nanti sore.

Spontan mataku membesar melihat layar ponsel, barangkali aku masih bermimpi. Aku berusaha keras untuk terbangun dari mimpiku; tapi aku memang sudah bangun.

Aneh; sungguh aneh! Siapa orang gila yang mengirimku pesan semacam ini? Satu hal yang bisa aku pastikan, bahwa dia adalah seorang perempuan yang lebih tua ketimbang diriku. Hal itu aku simpulkan dari username-nya yang merupakan nama seorang perempuan dan dia memanggilku dengan sapaan "Nak".

Tapi apa maksud dari pesan ini? Aku yakin ini bukan pesan salah kirim, karena dia mengucapkan selamat ulang tahun tepat di hari ulang tahunku. Atau memang salah kirim? Aku ingat bahwa seorang teman kakakku juga lahir di tanggal yang sama.

Setelah mandi pagi, aku kembali membuka pesan itu. Segera aku melihat tulisan di atas layar, ternyata orang ini terakhir online tepat pada waktu ia mengirimkan pesan misterius itu.

Aku mulai memikirkan jawaban yang mungkin dari pertanyaan-pertanyaan itu.

Bagaimana sebuah kehidupan berjalan tanpa penderitaan? Menurutku itu akan sangat menyenangkan. Setiap orang tertawa dan bahagia. Tidak ada lagi tangisan akibat perang atau konflik berkepanjangan. Aku rasa ini harapan dari lagu "Imagine", John Lennon.

Dan lagi pun, penderitaan selalu jadi biang kerok dari masalah-masalah lainnya. Aku kasihan melihat orang-orang yang menderita; misalnya kelaparan. Selayaknya, kita bisa hidup setara. Jika orang lain bisa makan, maka tidak seorang pun yang tidak bisa makan.

Bagaimana sesuatu muncul dari ketiadaan? Nah, ini yang benar-benar membuatku berpikir keras. Aku tahu, bahwa sang pengirim pesan merujuk ini pada Tuhan, karena apa lagi yang muncul dari ketiadaan selain-Nya?

"Ah, ini terlalu tinggi untuk aku pikirkan!" gumamku saat itu. Dan untuk apa aku mengetahuinya? Aku sudah percaya pada Tuhan dengan keimananku. Atau aku harus benar-benar mengetahuinya?

Apakah aku percaya pada takdir? "Tentu," jawabku saat itu dengan spontan. Tuhan pasti telah merencanakan bagaimana semua ini akan berjalan dan Dia selalu tahu apa yang terbaik.

Tapi bukannya puas dengan jawabanku sendiri, malah timbul pertanyaan lain dalam benakku, "Apakah itu berarti kita tidak punya kehendak bebas?"

Aku menjadi skeptis dengan sang pengirim pesan, jangan-jangan dia ingin mempermainkanku. Aku berusaha untuk tidak lagi memedulikannya. Aku hanya ingin bersenang-senang; ini hari ulang tahunku.

Aku menikmati waktuku sepanjang hari itu, meskipun tak ada perayaan apa pun. Bagiku, selalu menyenangkan selama waktuku dihabiskan bersama keluarga. Kami bercengkerama, saling melempar gurauan, dan beberapa kali saling membongkar aib.

Tibalah waktu sore, saat di mana aku biasa menghabiskan waktu dengan membaca buku di teras rumah. Namun entah mengapa, aku sangat ingin membuka ponsel dan melihat apakah sang pengirim pesan misterius menepati janjinya.

Ternyata benar, di sana ada pesan baru darinya. Aku mulai membaca:

Andi yang baik.

Kita semua benci dengan segala bentuk penderitaan. Siapa yang akan menyangkal? Ironisnya, penderitaan adalah fakta universal. Dan itu bagus, Andi! Barangkali sebuah kehidupan akan menyenangkan tanpa adanya penderitaan. Tapi bagaimana sesuatu bisa dikatakan menyenangkan apabila tidak ada yang disebut dengan penderitaan? Bukankah semua itu hadir berpasang-pasangan?

...

Badut ulang tahunmu,

K. S.

Pesan itu sangat panjang dan tidak mungkin aku menuliskannya semua di sini.

Malangnya, aku masih belum mengetahui siapa perempuan misterius ini sampai sekarang. Padahal aku sangat ingin menemuinya, memberi banyak terima kasih, dan barangkali sedikit pelukan.

Aku bahkan tak tahu berapa umurnya. Mungkin dia seorang guru. Aku ragu, karena dia hampir tak pernah mengguruiku! Atau mungkin seorang peramal? Karena dia selalu berhasil menebak sesuatu tentang diriku. Padahal aku benci peramal; mereka selalu meramalkan sesuatu yang tidak bisa "diramalkan".

Satu hal yang bisa aku pastikan, namanya adalah Kanaya Shopia. Begitulah dia memberiku sedikit petunjuk. Barangkali kalian mengenalnya? Segera kabari aku jika demikian!

Pertama kali membalas pesannya, aku menyebutnya dengan sapaan "Nyonya". Tetapi dia tampak tertawa dan menganjurkanku untuk menyapanya dengan "Kakak".

Itu tidak begitu menarik! Tetapi bagiku, orang ini benar-benar misterius; sama misteriusnya dengan uangku yang hilang dari celengan sewaktu kecil.

Dia benar-benar menepati janjinya! Meskipun sempat tak ada kabar selama 3 hari selepas hari ulang tahunku, dia mengirimkan pesan aneh lainnya padaku. Kali ini benar-benar singkat, hanya berisi satu pertanyaan:

Bagaimana pengetahuan sejati bisa diraih?

N. B. aku benar-benar akan menjadi badutmu!

Tentu saja aku sempat menjawab pertanyaan itu, tetapi aku tak mengirim jawaban itu kepadanya. Aku hanya membalas:

Sungguh sulit untuk dijawab oleh seorang remaja yang baru menginjak umur 17 tahun. Aku sudah memikirkan jawaban yang mungkin, tetapi aku lebih suka menunggumu untuk menjawabnya sendiri. Barangkali aku akan menjadi murid yang teladan dari seorang badut perempuan.

Pada malam harinya, sang "badut" memberiku pencerahan tentang pertanyaan tadi. Tidak mungkin aku menulisnya ulang, tetapi intinya, dia membuatku sedikit bingung.

Aku akan sedikit mengenalkanmu pada filsafat. Hanya sedikit, selebihnya kamu pelajari dengan mandiri!

Begitulah bunyi penutup dari pesannya malam itu. Dan semenjak itu, aku berkenalan dengan filsafat.

Bagiku, sang "badut" ini adalah women of the year (selain ibuku, tentunya).

Dia membuka mataku lebar-lebar, mengajakku untuk melihat sisi lain dari kehidupan. Dan begitulah aku terinspirasi.

Berkatnya, aku berani menulis buku pertamaku dengan judul "Peluk Hangat Penderitaanmu" yang mayoritas adalah pencerahan dari sang "badut".

Setelahnya, aku mulai berani menyusun sendiri gagasan-gagasanku atas pelajaran dari sang "badut" dan sedikit filsafat. Aku menulis buku keduaku dengan judul "Kita Terlalu Egois".

Melihat gaya bahasa dan cerita yang ajaib dari sang "badut", aku terinspirasi untuk menulis novel pertamaku dengan judul "Amor Fati, Ayyara". Dengan ironis aku memberi slogan, "Sebuah Novel Pengembangan Diri."

Semakin aku belajar, semakin aku merasa bodoh. Di balik keegoisanku selama ini yang merasa tahu banyak ketimbang teman sebayaku, aku sama sekali tak mengetahui apa-apa dengan pasti.

Dan ketidaktahuanku tentang banyak hal itu sangat mengganggu! Karenanya aku tak ingin berhenti belajar.

Ternyata, belajar itu seperti merokok. Sekali "nyaman" dengannya, sangat sulit untuk berhenti. Belajar itu candu.

Dan sang "badut" yang membuatku begini. Aku ingin sekali menemuinya, sungguh. Aku ingin memberitahu padanya, bahwa aku telah berkembang sejauh ini hanya karena pesan-pesannya yang misterius dan "gila".

Teruntuk sang "badut"-ku.

Siapa pun Anda, aku menyayangimu! Anda adalah women of the year versiku. Aku merindukan pesan-pesan "gila" Anda semenjak terakhir sebulan yang lalu. Nomor Anda sudah tidak aktif. Apakah Anda takut aku akan membongkar identitas Anda? Aku bercanda!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun