Setelahnya, aku mulai berani menyusun sendiri gagasan-gagasanku atas pelajaran dari sang "badut" dan sedikit filsafat. Aku menulis buku keduaku dengan judul "Kita Terlalu Egois".
Melihat gaya bahasa dan cerita yang ajaib dari sang "badut", aku terinspirasi untuk menulis novel pertamaku dengan judul "Amor Fati, Ayyara". Dengan ironis aku memberi slogan, "Sebuah Novel Pengembangan Diri."
Semakin aku belajar, semakin aku merasa bodoh. Di balik keegoisanku selama ini yang merasa tahu banyak ketimbang teman sebayaku, aku sama sekali tak mengetahui apa-apa dengan pasti.
Dan ketidaktahuanku tentang banyak hal itu sangat mengganggu! Karenanya aku tak ingin berhenti belajar.
Ternyata, belajar itu seperti merokok. Sekali "nyaman" dengannya, sangat sulit untuk berhenti. Belajar itu candu.
Dan sang "badut" yang membuatku begini. Aku ingin sekali menemuinya, sungguh. Aku ingin memberitahu padanya, bahwa aku telah berkembang sejauh ini hanya karena pesan-pesannya yang misterius dan "gila".
Teruntuk sang "badut"-ku.
Siapa pun Anda, aku menyayangimu! Anda adalah women of the year versiku. Aku merindukan pesan-pesan "gila" Anda semenjak terakhir sebulan yang lalu. Nomor Anda sudah tidak aktif. Apakah Anda takut aku akan membongkar identitas Anda? Aku bercanda!