... orang yang paling bijaksana adalah orang yang mengetahui dia tidak tahu ...
Ada salah kaprah di dalam sistem pendidikan kita. Kita dihadapkan pada pembelajaran tentang "A", "B", "C", dan kita pun dihadapkan pula pada ujian tentang "A", "B", "C". Barang siapa yang bisa "memuntahkan" hafalan terbanyak, maka dia yang mendapatkan nilai tinggi. Sulit sekali melatih berpikir kritis apabila sistemnya terus-menerus demikian.
Tetapi saya memerhatikan sistem di beberapa negara lain, mereka belajar "A", "B", "C", dan kemudian dihadapkan pada ujian tentang "Z". Bukan berarti sistem yang kejam atau guru yang jahat, tapi sistem hanya memberikan para pelajar dasar-dasar pengetahuannya saja.
Di sistem kita, peserta didik diberitahu cara-cara membuat kursi, maka mereka pun harus bisa menirunya. Di luar, peserta didik diberitahu cara-cara membuat kursi, maka mereka harus membuat kursi lain yang lebih nyaman, lebih indah, dan lebih berkualitas. Sistem hanya mengantarkan, selebihnya mereka yang berkembang.
Begitulah sedikit analogi terbaik yang bisa saya berikan. Dan hal itu diperparah dengan adanya pandemi COVID-19.
Tapi siapa bilang pandemi membuat satu generasi menjadi bodoh? Dengan menerapkan konsep "Pembelajaran Bebas Aktif" ala saya, semua orang bisa belajar dalam setiap luang dan ruang; tanpa atau dengan guru.Â
Pembelajaran Bebas Aktif akan menjadi senjata baru dalam dimensi pendidikan, baik bagi peserta didik maupun non-peserta didik.
"Bebas", artinya kita tidak harus terpaku pada pelajaran-pelajaran di sekolah. Selama saya menempati peringkat 1 dari SD hingga sekarang, saya hanya lari dari satu tugas ke tugas lain, dari satu hafalan ke hafalan lain, dari satu ulangan ke ulangan lain.Â
Saya tidak mau membuka buku kalau tidak ada tugas. Saya tidak mau mengingat sesuatu kalau tidak disuruh menghafal. Saya tidak mau belajar kalau tidak ada ulangan. Paradigma itu terus berkembang dalam diri saya. Kiranya saya telah berlari sejauh mata memandang, saya lupa sedang menggunakan treadmill.
Apa yang saya dapatkan setelah melonggarkan cengkraman dari pelajaran sekolah sungguh aneh, sekaligus nyata: bahwa pembelajaran sesungguhnya yang dapat saya terapkan dalam hidup banyak datang dari hidup itu sendiri, juga buku-buku di luar pelajaran sekolah.Â