Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Live to the point of tears.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Artikel Utama

Dalam Hidup, Apakah Kebahagiaan Harus Selalu Dikejar?

19 November 2020   21:22 Diperbarui: 23 November 2020   01:51 1050
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Impact Bias adalah salah satu contoh ramalan afektif, yang merupakan fenomena psikologi sosial, mengacu pada kemampuan kita yang umumnya memprediksi keadaan emosional masa depan secara mengerikan.

Ketika Anda memenangkan lotre seratus juta Rupiah, Anda pasti akan merasa sangat bahagia. Tapi itu tak akan lama, sebab level kebahagiaan Anda akan kembali ke level normal. Karena kini, standar kebahagiaan Anda akan meningkat. 

Dengan uang sebanyak itu, mungkin Anda ingin membeli berbagai macam barang mewah. Pada intinya, Anda tak akan merasa puas. 

Dan inilah Impact Bias yang Anda lakukan. Anda cenderung berpikir bahwa jika Anda memiliki "A", Anda akan sangat bahagia, padahal sebenarnya, Anda akan cepat merasa biasa saja.

Pernah suatu waktu, seorang teman menunjukkan foto orang-orang yang sedang tidur di kamar yang sempit dan lusuh. Kemudian dia berkata, "Lihat, betapa menyedihkannya hidup seperti mereka." 

Saya membalasnya, "Sungguh? Mungkin saja mereka merasa bahagia dengan keadaan mereka yang seperti itu. Karena alasan yang jelas, standar kebahagiaan mereka berbeda dengan standar kebahagiaan kita. Kamu tidak akan pernah tahu apa yang mereka impikan saat sedang tertidur itu. Mungkin saja sebuah mimpi yang indah; sangat indah." Dia pun mulai menatap saya dengan sinis.

Maka, mengejar kebahagiaan bukan saja menghancurkan diri sendiri, tapi juga tidak mungkin. Itu seperti mencoba menangkap wortel yang tergantung di seutas tali, yang terikat pada sebatang tongkat, dan menempel pada punggung Anda. Semakin Anda mengejar, semakin Anda dipaksa untuk terus maju. 

Ketika Anda memutuskan bahwa wortel tersebut adalah tujuan akhir, Anda niscaya mengubah diri Anda menjadi sarana untuk mengejarnya. Dan dengan mengejar kebahagiaan, Anda secara paradoksal justru membuatnya sulit diraih.

Mengejar kebahagiaan merupakan nilai yang beracun yang telah sekian lama menandai kebudayaan kita. Itu menghancurkan diri dan menyesatkan. Hidup dengan baik bukan berarti menolak penderitaan, yang sesungguhnya adalah menderita untuk alasan yang benar. 

Karena jika memang hidup ini pada hakikatnya memaksa kita untuk menderita, sepatutnya kita belajar untuk menderita secara tepat.

Sebaiknya, kita tidak terus-menerus mengejar kebahagiaan. Kita dapat memulainya dengan mengubah perspektif kita tentang kebahagiaan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun