Mohon tunggu...
Muhammad Nurul Ulya Hasan
Muhammad Nurul Ulya Hasan Mohon Tunggu... Lainnya - From zero to be hero, insyaallah

Berusaha mengubah lelah menjadi lillah agar hidup semakin berkah dan bahagia dunia akhjrat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tri Rismaharini: Dari "Tukang Taman" Surabaya Menjadi "Tukang Kawal" Bansos Tepat Sasaran

30 November 2022   01:08 Diperbarui: 30 November 2022   01:19 923
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: kompas.com

Oleh: Muhammad Nurul Ulya Hasan

Dr. (H.C.) Ir. Tri Rismaharini, M.T. atau yang kerap disapa Tri Rismaharini merupakan perempuan pertama yang terpilih langsung menjadi Wali Kota melalui pemilihan Kepala Daerah sepanjang sejarah Demokrasi di Indonesia. 

Perempuan perkasa yang akrab dipanggil Risma ini lahir di Jawa Timur, sebuah kota yang dikenal sebagai kota tahu, Kediri, tanggal 20 November 1961. Ayahnya bernama M. Chuzuzaini dan sang ibunda bernama Siti Muajiatun. 

Risma juga merupakan kepala daerah perempuan pertama di Indonesia yang beberapa kali masuk dalam daftar pemimpin terbaik dunia. Risma sebagai Nakhoda dari Kapal Besar bernama Surabaya saat itu berhasil menerima banyak penghargaan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Kota Surabaya dikenal dunia. Nama Risma pun juga semakin mendunia.

Beberapa penghargaan yang pernah diraihnya, antara lain, Surabaya Academy Award yang digelar Suara Surabaya, Harian Surya, Surabaya Post, dan Enciety Business Consult pada tahun 2007 untuk kategori Board Preference serta menjadi terpilih menjadi Presiden United Cities and Local Goverment Asia Pasific (UCLG Aspac) secara aklamasi menggantikan Won Hee-ryong Presiden UCLG Aspac yang sudah menjabat dua periode atau empat tahun dalam Kongres ke-7.

Dengan segala dinamika politik karir Risma sebagai Wali Kota berlanjut hingga dua periode. Sebelum menjabat sebagai Wali Kota, Tri Rismaharini pernah menjabat sebagai Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan atau DKP Kota Surabaya dan Kepala Badan Perencanaan Kota Surabaya atau BAPPEKO hingga tahun 2018 silam.

Meski kariernya melesat, Risma tetap dengan gayanya. Menyapu di jalan dan membaur dengan pasukan kuning. Warga Surabaya sudah biasa melihat Risma bersih-bersih bersama pasukan kuning, menyiram tanaman, ikut mengatur kemacetan lalu lintas, juga turun memberi komando tim PMK memadamkan kebakaran. 

Gaya Risma yang turun ke lapangan itulah yang ditunggu masyarakat seluruh Indonesia. Profesionalitas dan totalitasnya dalam melayani masyarakat sangat kental. Meski dikenal suka ceplas-ceplos, tapi itulah caranya menyayangi Kota Surabaya dengan kerja keras dan ulet serta mendukung orang-orang kecil yang seringkali dipandang sebelah mata.

"Tukang Taman" Surabaya itu bernama Risma

Tri Rismaharini memulai masa jabatannya sebagai Wali Kota sebagai "Tukang Taman"nya Kota Surabaya dengan menata Kota Surabaya dari yang sebelumnya buruk penataannya menjadi lebih asri, hijau, segar dan tertata dengan baik. Risma secara cepat menjelma menjadi idola masyarakat Surabaya karena keberhasilannya mengelola taman.

Di masa kepemimpinannya, taman-taman di Surabaya bertumbuhan, seolah mengimbangi gedung-gedung pencakar langit yang juga mulai tumbuh. Jalan-jalan protokol Surabaya menjadi lebih teduh, mengalihkan suhu udara di Surabaya yang lumayan panas saat musim kemarau. Beberapa Taman Kota, Jalur Pesepeda, dan Jalur Pejalan Kaki dibangunnya sebagai tempat wisata gratis untuk para warga Surabaya.  

Risma selalu berprinsip bahwa menjadi pemimpin adalah sebuah amanah dari rakyat, bukan sesuatu yang harus dikejar, sehingga tanggung jawab ini menjadi pemimpin itu harus dipertanggungjawabkan kepada Tuhan dan rakyat. Selain itu, menjadi pemimpin itu sudah selayaknya memiliki hati yang ikhlas untuk memperjuangkan nasib wong cilik. Ini adalah salah satu prinsip hidupnya dimana pemimpin adalah pelayan.

Risma yang dikenal sebagai sosok perempuan yang hobi tanaman dan taman serta mencintai lingkungan hijau, bersih dan nyaman, menerapkan kebiasaan tersebut di Pemerintahan Kota Surabaya. 

Selama menjadi Wali Kota Surabaya, Risma juga telah berhasil membangun ratusan taman yang tak hanya mempercantik pemandangan kota saja, tapi juga keberadaan ruang publik berupa taman kota yang jumlahnya sudah mencapai ratusan ini juga berhasil sedikit menurunkan temperatur di Kota Metropolitan kedua terbesar di Indonesia itu.

Salah satu taman yang menjadi pusat perhatian adalah Taman Bungkul. Lewat tangan dingin Risma, Taman Bungkul yang dilengkapi berbagai fasilitas, seperti skateboard dan sepeda track, jogging track, plaza (sebuah open stage yang bisa digunakan untuk live performance berbagai jenis entertainment), akses internet nirkabel (Wi-Fi atau Hotspot), telepon umum, arena green park seperti kolam air mancur, dan area pujasera.

Taman Bungkul berhasil meraih penghargaan Internasional dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) berupa The 2013 Asian Townscape Sector Award pada 2013. Penghargaan itu juga mendapatkan dukungan dari empat organisasi dunia, yakni UN Habitan Regional Office for Asia and The Pacific, Asia Habitat Society, Asia Townscape Design Society dan Fukuoka Asia Urban Research Center.

Itulah kenapa, Risma pernah murka ketika tanaman di Taman Bungkul rusak karena kegiatan bagi-bagi es krim pada 2014. Berbagai tanaman di Taman Bungkul rutin ditanam oleh Risma. Taman Bungkul hanya satu dari ratusan taman di Surabaya yang dibangun Risma, hingga taman-taman di Surabaya bertumbuhan, seolah mengimbangi gedung-gedung pencakar langit yang juga mulai tumbuh. 

Hal ini Risma lakukan, lantaran tingkat polusi udara di Surabaya mulai memprihatinkan. Itulah kenapa, Risma membangun taman-taman kota yang hijau dan asri. Risma percaya keberadaan taman akan membuat udara lebih segar dan jalan-jalan protokol Surabaya menjadi lebih teduh, sehingga mengalihkan suhu udara di Surabaya yang lumayan panas saat musim kemarau.

Tidak hanya taman, tangan dingin Risma juga mengurai permasalahan sampah di Kota Pahlawan. Surabaya menjadi lebih bersih. Pengelolaan sampah menjadi lebih baik, sampah di jalan pun cepat bersih dengan diterjunkan pasukan kuning yang setiap pagi, siang, dan sore hari terus menyapu jalan.

Kota Surabaya saat dipimpin oleh seorang Tri Rismaharini memiliki segudang prestasi, diantaranya, 1) meraih delapan kali piala Adipura Kencana berturut-turut, tahun 2011 sampai tahun 2018 untuk kategori kota metropolitan, dan juga Adipura Paripurna pada tahun 2016; 2) menjadi kota terbaik dalam partisipasi se-Asia Pasifik pada 2012; 3) Penghargaan Future Government Awards 2013 tingkat Asia-Pasifik; 4) Penerapan sistem respon cepat atau central clearing house yang menjadikan warga Surabaya dapat mengirimkan keluhannya serta saran melalui telepon, sms, surat elektronik, fax, situs internet dan sosial media; 5) Internasional Future City versi FutureGov untuk Surabaya Single Windows atau SSW pada tahun 2014; 6) Tri Rismawati juga dinobatkan sebagai Wali Kota terbaik ketiga di dunia versi World City Mayors Foundation atas keberhasilannya dalam mengubah Surabaya menjadi kota yang tertata dan rapi, pada tahun 2015; 7) Tri Rismaharini juga masuk jajaran 50 tokoh berpengaruh di dunia versi majalah Fortune bersama dengan tokoh-tokoh lain pada tahun 2015; 8) Risma mendapatkan penilaian bahwa Ia berhasil melakukan banyak sekali terobosan tentang lingkungan yang luar biasa di Surabaya. Risma juga dinilai berhasil mengubah kota besar dengan jutaan penduduk yang polusi, kemacetan dan kekumuhan menjadi kota metropolitan yang tertata dan kaya akan tanaman. Risma juga dinilai berhasil mengubah banyak lahan pemakaman gersang menjadi ruang penyerapan air sehingga dapat menangkal terjadinya banjir; 9) Anugerah tanda kehormatan Bintang Jasa Utama dari Presiden Joko Widodo bersama 14 tokoh lainnya di Istana Negara pada 2014; 10) Penghargaan anti korupsi dari Bung Hatta Anti Corruption Award 2015 karena selama menjadi Wali Kota Surabaya berhasil menjadikan Kota yang cantik dan tertata serta mengembangkan sistem e-procurement atau lelang pengadaan barang elektronik; 11) Penghargaan Lee Kuan Yew City Prize pada Juli 2018, penghargaan ini karena kota Surabaya dianggap sebagai salah satu kota besar di dunia yang mampu mempertahankan serta mengelola kampung di tengah kota dengan manajemen pemerintah serta partisipasi masyarakat yang sangat baik di tengah laju pembangunan kota yang berkembang dengan pesat.

Luar biasa bukan?

Naik Pitam karena Menemukan Catatan Hitam

Risma adalah sosok pemimpin perempuan yang inspiratif dan tangguh serta memiliki hati baja yang berani dalam melawan arus dan birokrasi yang berbelit-belit. Bahkan tak jarang, Risma melakukan aksi yang belum pernah dilakukan pemimpin-pemimpin sebelumnya. Meski dikenal sangat tegas dan bahkan terkadang marah-marah di depan umum, kinerja Risma membuahkan hasil positif dan mengundang banyak pujian.

Sudah jarang ada pemimpin yang rela membela kebenaran bahkan hingga mempertaruhkan nyawanya saat menemui kejanggalan dalam birokrasi pemerintahan yang merugikan rakyat. Itulah yang menyebabkan Risma sering naik pitam dan membela kepentingan rakyat, jika memang ada yang dirasa tidak sesuai dengan yang seharusnya, sehingga menimbulkan berbagai konflik dan kontroversi.

Di kepemimpinannya, Risma berhasil menutup lokalisasi Dolly, sebuah tempat prostitusi terbesar di Surabaya yang sudah sangat terkenal. Hal membahayakan yang mempertaruhkan nyawanya, tetapi tetap berani memperjuangkan kebenaran.

Pada awal tahun 2011, belum setahun menjabat Walikota, Ketua DPRD Surabaya pernah berencana menurunkan Risma dengan hak angketnya. Penurunan ini karena adanya Peraturan Wali Kota Surabaya atau Perwali Nomor 56 tahun 2010 tentang Perhitungan nilai sewa reklame dan Peraturan Wali Kota Surabaya Nomor 57 tentang perhitungan nilai sewa reklame terbatas di kawasan khusus kota Surabaya yang menaikkan pajak reklame menjadi 25%. 

Risma juga dianggap melanggar Undang-undang, yaitu Peraturan Menteri Dalam Negeri atau Permendagri Nomor 16/2006 tentang Prosedur penyusunan hukum di daerah dan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 yang telah diubah dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008. Hal itu karena Walikota tidak melibatkan Satuan Kerja Perangkat Daerah atau SKPD terkait dalam membahas maupun menyusun Perwali.

Keputusan tersebut didukung oleh enam dari tujuh fraksi politik yang ada pada dewan saat itu. Hanya 1 fraksi yang menolak dengan alasan tindakan pemberhentian dirasa terlalu jauh dan belum cukup memiliki bukti dan data. 

Tentang Perwali Nomor 57 yang diterbitkannya itu, Risma memiliki alasan bahwa pajak di kawasan khusus perlu dinaikkan agar pengusaha tidak berbuat seenaknya memasang iklan di jalan umum dan juga supaya kota tak menjadi belantara iklan. Melalui adanya pajak yang tinggi, pemerintah berharap para pengusaha iklan beralih memasang iklan di media massa, daripada memasang baliho-baliho di jalan-jalan kota.

Mendagri saat itu turut angkat bicara terkait hal tersebut dan menegaskan bahwa Risma tetap menjabat sebagai Wali Kota Surabaya dan menilai alasan dari pemakzulan Risma merupakan hal yang mengada-ada. 

Kemudian beredar sebuah kabar bahwa hal tersebut disebabkan banyaknya kalangan DPRD Kota Surabaya yang tidak senang dengan politik dari Tri Rismaharini yang terkenal tidak kompromi dan terus maju dalam membangun Kota Surabaya. Selain itu, Risma juga menolak keras pembangunan tol di tengah Kota Surabaya yang dianggapnya tidak akan mengurangi kemacetan.

Tri Rismaharini lebih fokus untuk meneruskan proyek frontage road dan MERR-IIC atau Middle East Ring Road yang menghubungkan area industri Rungkut sampai ke Jembatan Suramadu area timur Surabaya yang juga akan bermanfaat untuk pemerataan pembangunan Surabaya.

Pernah beredar kabar, Risma ingin mengundurkan diri dari Wali Kota Surabaya, karena banyak peraturan yang dilaksanakan tidak sesuai dengan prosedur. Dari pemilihan dan pelantikan Wali Kota yang menurut Risma tidak sesuai prosedur, persoalan Kebun Binatang Surabaya, sampai persoalan pembangunan tol di tengah Kota Surabaya, yang membuatnya sempat tidak akur dengan DPRD Kota Surabaya.

Rencana pengunduran diri tersebut ditolak oleh hampir seluruh masyarakat Surabaya, dikarenakan prestasi yang diberikan Risma selama memimpin Surabaya, sampai munculnya gerakan di situs online yang bernama "Save Risma" untuk mendukung kepemimpinan Risma sebagai Wali Kota.

Risma kini menjadi "Tukang Kawal" Bansos Tepat Sasaran

Selama menjadi Wali Kota Surabaya dua periode, berbagai masalah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) telah ia tangani. Permakanan untuk lansia dan beasiswa untuk anak tidak mampu, telah menjadi agenda rutin dalam programnya. 

Alasan itulah yang mungkin menjadi dasar Presiden Joko Widodo memilih Tri Rismaharini sebagai Menteri Sosial di Kabinet Indonesia Maju yang menggantikan Juliari Batubara yang terjerat kasus korupsi dari dana Bansos Covid-19 pada reshuffle Kabinet Indonesia Maju Pada tanggal 22 Desember 2020.

Kehadiran Risma sebagai Menteri Sosial RI menjadikan staffnya harus mengikuti cepatnya gerakan dan langkah kerjanya dalam menyelesaikan berbagai persoalan. 

Berbagai inovasi dan gebrakan wujud sinergitas dan kolaborasi pemerintah dan Kementerian Sosial RI telah dilakukan,  diantaranya adalah upaya pemerintah mengembangkan program kewirausahaan untuk kelompok rentan terdampak pandemi Covid-19 yang telah memukul semua sektor di Tanah Air, termasuk kelompok miskin dan rentan sebagai menjadi pihak yang paling terdampak.

Pemerintah melalui Kementerian Sosial RI meluncurkan program kesejahteraan sosial secara intensif. Program itu berupa bantuan sosial tunai Program Keluarga Harapan (PKH) untuk 10 juta penerima manfaat, bantuan sembako melalui program Bantuan Pangan Non Tunai (BNPT) untuk 18,8 juta penerima manfaat, sehingga di tahun 2021 nilai bantuan sekitar Rp 105 triliun atau 7,5 juta dollar Amerika Serikat (AS). Selain itu, juga diberikan program afirmatif khusus untuk mendukung kelompok rentan seperti penyandang disabilitas, lansia, dan yatim piatu.

Bagi anak-anak yatim piatu (YAPI) baru di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia yang terkena dampak pandemi dan kehilangan orangtuanya akan diberikan program yang mendukung pendidikan dan kebutuhan sehari-hari.

Pemerintah akan meluncurkan program yang mendukung pendidikan dan kebutuhan sehari-hari mereka. Sayangnya, dalam mengupayakan program kesejahteraan sosial itu, pemerintah menghadapi tantangan besar, yakni melihat luasnya wilayah Tanah Air yang terdiri dari 16.772 pulau. Maka penyaluran bantuan sosial (bansos) sangat mengandalkan keunggulan dalam pengelolaan data.

Pengelolaan data menjadi prioritas pertama ketika Risma ditugaskan di Kemensos Desember 2020 lalu. Perubahan besar dalam manajemen data diberlakukan dengan tujuan untuk memastikan penerima yang tepat dan waktu distribusi yang cepat. 

One Integrated System Data, mungkin itulah nama yang cocok untuk DTKS (Data Terpadu Kesejahteraan Sosial) saat ini yang sudah diintegrasikan dengan Data Capil Kemendagri, Data Siswa Dapodik/Emis Kemendikbud dan atau Kemenag, serta Data Kepemilikan Tanah dan Kendaraan Bermotor untuk menghindari dari salah sasaran untuk para penerima bansos.

Oleh karena itu, Kemensos RI mulai melakukan verifikasi dan validasi (verivali) data penerima di 514 kabupaten atau kota di seluruh Indonesia. Menurut data, pada tahun 2021 awal, dilakukan pemadanan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) dengan Data Kependudukan yang dikelola Kementerian dalam Negeri (Kemendagri).

Setiap bulannya dilakukan pencocokan data, verivali data yang lebih sering untuk mengakomodasi dinamika pergeseran demografis dan geografis penerima bantuan. Terobosan inilah yang menjadikan saya dan teman-teman yang menjadi garda terdepan harus tetap berlari dan bekerja di hari libur.  

Demi kevalidan data. Demi bansos yang tepat sasaran, tepat guna, dan tersalurkan tepat waktu. Bukan tanpa alasan, semua itu kami lakukan demi terselesaikannya percepatan penanggulangan masalah kemiskinan di Indonesia. Dan itu positif dan memang harus dilakukan oleh seorang pemimpin dan dilaksanakan oleh para staffnya, demi Indonesia keluar dari kemiskinan.

Jadi, Risma itu...

Dari seluruh paparan kelebihan seorang Tri Rismaharini, kita dapat mengambil kesimpulan luar biasa bahwa jika perempuan sudah beraksi dan memberdayakan seluruh kekuatan, fikiran, ilmu, tenaga dan menggunakan empati dan hatinya, maka sudah dapat dipastikan bahwa kondisi sesulit apapun akan mampu terselesaikan. Tujuan serumit apapun, akan mampu diraih, dan hambatan sebesar apapun akan mampu diuraikan.

Dari Risma kita belajar bahwa perempuan yang suka marah-marah itu bukan berarti galak, tapi hanya menjadi ekspresi protesnya terhadap ketidaksesuaian yang harus segera diluruskan agar tidak menjadi sebuah kebiasaan buruk.

Dari Risma kita belajar bahwa perempuan yang sedikit bicara, banyak memberi contoh dan tindakan positif itu jauh lebih berarti dari hanya sekedar banyak teori tanpa beraksi.

Dari Risma kita belajar, bahwa adakalanya seorang perempuan itu merasa putus asa dengan ketidakberdayaannya melawan suatu hal yang salah tapi sudah menjadi suatu kebiasaan sehingga terjadi pembenaran atas kesalahan itu. Namun, ketika perempuan hampir putus asa itu didukung penuh, maka kekuatan luar biasa akan muncul dan menggebrak dunia.

Risma itu representasi dari hebatnya perempuan Indonesia. Risma itu, KEREN!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun