Mohon tunggu...
Muhammad Nurul Ulya Hasan
Muhammad Nurul Ulya Hasan Mohon Tunggu... Lainnya - From zero to be hero, insyaallah

Berusaha mengubah lelah menjadi lillah agar hidup semakin berkah dan bahagia dunia akhjrat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tri Rismaharini: Dari "Tukang Taman" Surabaya Menjadi "Tukang Kawal" Bansos Tepat Sasaran

30 November 2022   01:08 Diperbarui: 30 November 2022   01:19 923
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: kompas.com

Oleh karena itu, Kemensos RI mulai melakukan verifikasi dan validasi (verivali) data penerima di 514 kabupaten atau kota di seluruh Indonesia. Menurut data, pada tahun 2021 awal, dilakukan pemadanan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) dengan Data Kependudukan yang dikelola Kementerian dalam Negeri (Kemendagri).

Setiap bulannya dilakukan pencocokan data, verivali data yang lebih sering untuk mengakomodasi dinamika pergeseran demografis dan geografis penerima bantuan. Terobosan inilah yang menjadikan saya dan teman-teman yang menjadi garda terdepan harus tetap berlari dan bekerja di hari libur.  

Demi kevalidan data. Demi bansos yang tepat sasaran, tepat guna, dan tersalurkan tepat waktu. Bukan tanpa alasan, semua itu kami lakukan demi terselesaikannya percepatan penanggulangan masalah kemiskinan di Indonesia. Dan itu positif dan memang harus dilakukan oleh seorang pemimpin dan dilaksanakan oleh para staffnya, demi Indonesia keluar dari kemiskinan.

Jadi, Risma itu...

Dari seluruh paparan kelebihan seorang Tri Rismaharini, kita dapat mengambil kesimpulan luar biasa bahwa jika perempuan sudah beraksi dan memberdayakan seluruh kekuatan, fikiran, ilmu, tenaga dan menggunakan empati dan hatinya, maka sudah dapat dipastikan bahwa kondisi sesulit apapun akan mampu terselesaikan. Tujuan serumit apapun, akan mampu diraih, dan hambatan sebesar apapun akan mampu diuraikan.

Dari Risma kita belajar bahwa perempuan yang suka marah-marah itu bukan berarti galak, tapi hanya menjadi ekspresi protesnya terhadap ketidaksesuaian yang harus segera diluruskan agar tidak menjadi sebuah kebiasaan buruk.

Dari Risma kita belajar bahwa perempuan yang sedikit bicara, banyak memberi contoh dan tindakan positif itu jauh lebih berarti dari hanya sekedar banyak teori tanpa beraksi.

Dari Risma kita belajar, bahwa adakalanya seorang perempuan itu merasa putus asa dengan ketidakberdayaannya melawan suatu hal yang salah tapi sudah menjadi suatu kebiasaan sehingga terjadi pembenaran atas kesalahan itu. Namun, ketika perempuan hampir putus asa itu didukung penuh, maka kekuatan luar biasa akan muncul dan menggebrak dunia.

Risma itu representasi dari hebatnya perempuan Indonesia. Risma itu, KEREN!

Sumber Foto: kompas.com
Sumber Foto: kompas.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun