Indonesia merupakan negara dengan kekayaan budaya yang luar biasa, diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Warisan budaya ini menjadi identitas bangsa yang tidak hanya memperkuat keunikan, tetapi juga membentuk nilai-nilai kehidupan bermasyarakat. Tradisi, sebagai elemen penting dalam kebudayaan, memiliki peran besar dalam menjaga nilai-nilai luhur yang menjadi pedoman hidup. Namun, modernisasi dan perkembangan teknologi yang pesat menghadirkan tantangan, termasuk risiko hilangnya nilai- nilai budaya akibat perubahan gaya hidup masyarakat.
Salah satu tradisi yang kaya akan nilai budaya adalah Mappadendang, sebuah ritual khas masyarakat Bugis di Sulawesi Selatan. Tradisi ini tidak hanya menjadi bagian dari adat istiadat, tetapi juga berperan dalam mempererat solidaritas sosial dan menjaga keseimbangan hubungan manusia dengan alam. Namun, perkembangan teknologi di sektor pertanian, seperti penggunaan alat-alat modern, telah mengurangi keterlibatan manusia dalam aktivitas tradisional ini, yang secara tidak langsung berdampak pada keberlanjutannya. Nilai-nilai kebersamaan dan pelestarian budaya mulai tergerus, seiring dengan meningkatnya efisiensi pertanian modern.
Kendati demikian, kemajuan teknologi tidak sepenuhnya menjadi ancaman bagi tradisi. Justru, teknologi dapat dimanfaatkan untuk memperkuat pelestarian budaya melalui media digital seperti platform media sosial, dokumentasi audiovisual, dan program inovatif lainnya. Dengan pendekatan ini, generasi muda, yang merupakan pewaris kebudayaan, dapat dilibatkan secara aktif dalam menjaga keberlanjutan tradisi melalui cara-cara yang kreatif dan relevan dengan zaman.
Artikel ini bertujuan untuk mengkaji dampak modernisasi terhadap keberlanjutan tradisi Mappadendang dalam masyarakat Bugis, serta mengeksplorasi potensi integrasi teknologi dalam pelestarian budaya lokal. Tulisan ini diharapkan mampu memberikan pandangan baru bagi masyarakat dan para pemangku kebijakan dalam upaya melestarikan warisan budaya sebagai bagian dari identitas bangsa di tengah derasnya arus globalisasi
1. Asal Usul Munculnya Tradisi Mapadendang
Mappadendang adalah salah satu tradisi budaya yang telah mengakar dalam kehidupan masyarakat Bugis di Sulawesi Selatan. Tradisi ini memiliki sejarah panjang yang diyakini sudah ada jauh sebelum kedatangan agama Islam di Indonesia. Secara etimologi, kata Mappadendang berasal dari gabungan dua istilah, yaitu dendang dan dekko, yang secara simbolis menggambarkan harmoni ritme dan alunan khas dalam perayaan syukur atas keberhasilan panen. Tradisi ini juga dikenal dengan nama Appadekko, yang mengacu pada pesta panen khas suku Bugis yang sering disebut sebagai pesta tani (Nurmayanti, 2020).
Ritual ini biasanya diadakan setelah musim panen padi sebagai ungkapan rasa syukur kepada Sang Pencipta atas hasil pertanian yang melimpah. Salah satu elemen utama dalam tradisi ini adalah proses penumbukan gabah menggunakan lesung dan alu besar. Selain memiliki fungsi praktis untuk memisahkan gabah dari sekam, aktivitas ini juga memuat makna spiritual yang mendalam. Penumbukan gabah dipandang sebagai proses penyucian yang menghubungkan kembali tanaman dengan tanahnya, simbol dari hubungan erat antara manusia dengan alam (Askar, 2020).
Dalam budaya Bugis dan Makassar, Mappadendang bukan sekadar perayaan panen, tetapi juga merupakan wujud spiritualitas masyarakat setempat. Ritual ini mencerminkan keyakinan akan adanya keterhubungan antara manusia, alam, dan kekuatan ilahi. Lebih dari itu, Mappadendang juga berperan sebagai media sosial yang mempererat hubungan antaranggota masyarakat. Dalam pelaksanaannya, seluruh komunitas terlibat aktif, bekerja sama untuk merayakan hasil panen dengan penuh kerukunan.
Selain sebagai bentuk rasa syukur, tradisi Mappadendang juga mengandung nilai kebersamaan dan solidaritas sosial. Melalui ritual ini, masyarakat berkumpul, saling membantu, dan mempererat hubungan antar individu. Dalam proses tersebut, nilai-nilai kebersamaan, gotong royong, dan penghormatan terhadap alam diwariskan kepada generasi berikutnya Nurmayanti, 2020).
Dengan akar budaya yang kuat dan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya, Mappadendang menjadi salah satu simbol identitas budaya masyarakat Bugis. Namun, di tengah arus modernisasi dan globalisasi, tradisi ini menghadapi tantangan besar untuk tetap lestari. Pelestarian tradisi ini menjadi tanggung jawab bersama, baik masyarakat adat maupun generasi muda, untuk menjaga warisan leluhur sebagai bagian dari identitas bangsa.
2. Tradisi Mappadendang
Tradisi mencerminkan kesinambungan antara masa lalu dan masa kini, menjadi media yang menghubungkan nilai-nilai warisan leluhur dengan kehidupan kontemporer. Dalam perspektif budaya, tradisi melibatkan elemen-elemen materi dan konseptual yang diwariskan dari generasi ke generasi. Tradisi tidak hanya menjadi penanda sejarah, tetapi juga hadir sebagai hasil dari proses kreatif dan adaptasi masyarakat yang terus berkembang. Proses kelahirannya sering melibatkan mekanisme yang kompleks serta partisipasi kolektif yang memungkinkan tradisi tersebut bertahan hingga kini.
Dalam konteks masyarakat Bugis, tradisi memiliki kedudukan istimewa sebagai elemen pembentuk identitas budaya. Tradisi ini lahir dari kesatuan antara adat istiadat, kepercayaan, serta praktik sosial yang diwariskan secara turun-temurun. Tradisi Mappadendang adalah salah satu contoh nyata warisan budaya Bugis yang tetap lestari hingga saat ini. Tradisi ini mencerminkan rasa syukur atas hasil panen padi yang melimpah, sekaligus menjadi sarana untuk mempererat hubungan sosial antar anggota masyarakat.
- Makna dan Fungsi Tradisi Mappadendang
Tradisi Mappadendang dikenal sebagai pesta panen yang melibatkan aktivitas menumbuk gabah menggunakan lesung dan alu besar. Aktivitas ini tidak hanya bersifat praktis, tetapi juga memiliki dimensi simbolis yang mendalam. Penumbukan gabah dipandang sebagai bentuk penghormatan kepada alam dan Sang Pencipta, sekaligus melambangkan hubungan erat antara manusia, tanah, dan hasil pertanian mereka. Dalam praktiknya, Mappadendang juga menjadi wadah untuk menjaga solidaritas sosial, mempererat silaturahmi, serta mewariskan nilai-nilai budaya kepada generasi muda (Nurmayanti, 2020).
- Kepercayaan Leluhur dalam Tradisi
Budaya Bugis sangat menghormati nilai-nilai spiritual yang diwariskan oleh leluhur. Kepercayaan terhadap roh nenek moyang dan kekuatan alam merupakan inti dari sistem kepercayaan masyarakat Bugis. Dalam tradisi Mappadendang, praktik seperti memberikan sesaji atau penghormatan kepada roh dianggap penting untuk menjaga keseimbangan antara dunia manusia dan dunia spiritual. Ritual ini mencerminkan pandangan masyarakat Bugis akan hubungan harmonis antara manusia, alam, dan kekuatan metafisik (Askar, 2020).
- Peran Sosial dalam Tradisi Mappadendang
Mappadendang juga berfungsi sebagai ajang sosial yang melibatkan partisipasi seluruh anggota masyarakat. Acara ini menjadi momen penting untuk memperkuat persatuan, menghibur masyarakat, dan bahkan menjadi sarana bagi pemuda-pemudi untuk saling berkenalan. Aktivitas ini menunjukkan bagaimana tradisi tidak hanya menjadi bentuk ekspresi budaya, tetapi juga menjadi media yang memperkokoh hubungan sosial dalam komunitas. Dengan irama khas yang dihasilkan dari proses menumbuk lesung, tradisi ini menciptakan suasana kebersamaan yang penuh semangat dan harmoni.
- Kelestarian Tradisi di Tengah Modernisasi
Di era modernisasi, tradisi seperti Mappadendang menghadapi tantangan besar untuk tetap bertahan. Namun, kecintaan masyarakat Bugis terhadap warisan leluhur mereka menjadi kekuatan utama dalam menjaga tradisi ini agar tidak punah. Upaya pelestarian tradisi ini melibatkan peran aktif masyarakat adat, pemerintah, dan generasi muda dalam mempertahankan nilai-nilai budaya lokal yang sarat makna.
Dengan akar budaya yang kuat dan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya, tradisi Mappadendang tidak hanya menjadi simbol identitas masyarakat Bugis tetapi juga berfungsi sebagai jembatan antara masa lalu dan masa kini. Dengan demikian, tradisi ini memiliki peran strategis dalam memperkuat identitas budaya lokal di tengah dinamika globalisasi.
3. Tantangan dalam Menjaga Tradisi Mappadendang
Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan budaya yang sangat beragam. Tradisi seperti Mappadendang, yang berasal dari masyarakat Bugis, merupakan salah satu bentuk warisan budaya yang memiliki makna sosial dan spiritual. Sebagai contoh, menurut Zulkarnaen (2022), tradisi Mappadendang berfungsi sebagai sarana untuk mempererat hubungan sosial dalam masyarakat Bugis, namun perubahan sosial yang pesat dan penetrasi budaya luar menyebabkan praktik tradisi ini semakin memudar, terutama di kalangan generasi muda. Tradisi ini awalnya dilaksanakan sebagai bentuk rasa syukur atas hasil panen dan menjadi bagian dari kehidupan agraris masyarakat. Namun, di era modern, tradisi seperti ini menghadapi tantangan besar yang mengancam keberlangsungannya.
- Dampak Modernisasi dan Globalisasi
Modernisasi telah membawa perubahan signifikan dalam pola hidup masyarakat. Pekerjaan di sektor agraris, yang menjadi akar tradisi Mappadendang, perlahan tergantikan oleh sektor industri dan jasa. Selain itu, globalisasi memperkenalkan budaya populer yang kerap mendominasi preferensi generasi muda, sehingga tradisi lokal mulai kehilangan relevansi di mata mereka. Tradisi Mappadendang juga terpengaruh oleh pergeseran nilai-nilai sosial akibat perubahan struktur ekonomi masyarakat.
- Minimnya Regenerasi Nilai Budaya
Generasi muda memiliki peran penting dalam melestarikan tradisi. Namun, kurangnya pengetahuan dan pemahaman mereka terhadap nilai-nilai budaya lokal sering kali menjadi penghalang. Banyak dari mereka yang tidak lagi melihat Mappadendang sebagai tradisi yang relevan dengan kehidupan mereka di era modern (Hasdalia, 2014).
- Kurangnya Dukungan Institusi
Pelestarian budaya membutuhkan dukungan pemerintah, lembaga pendidikan, dan komunitas lokal. Sayangnya, program pelestarian tradisi seperti Mappadendang sering kali tidak menjadi prioritas dalam agenda pembangunan. Dokumentasi tradisi juga sangat terbatas, sehingga tradisi ini sulit dipelajari oleh generasi mendatang. Sebagai contoh, tradisi ini sering kali hanya dilestarikan oleh kelompok masyarakat tertentu tanpa upaya institusional yang memadai untuk memastikan keberlanjutannya.
- Peluang Melalui Pendidikan
Pelestarian budaya seperti Mappadendang dapat diintegrasikan ke dalam pendidikan formal dan nonformal. Pendidikan berbasis budaya tidak hanya mempertahankan nilai- nilai tradisional tetapi juga membentuk individu yang mampu beradaptasi dengan perubahan global. Melalui pendekatan ini, generasi muda dapat memahami pentingnya tradisi dan bagaimana tradisi tersebut relevan dengan tantangan dunia modern.
- Perspektif Ekonomi dan Politik
Pelestarian tradisi juga dapat mendukung inovasi dalam ekonomi kreatif. Tradisi seperti Mappadendang dapat dikembangkan menjadi atraksi budaya yang mendukung sektor pariwisata. Dari perspektif politik, pemahaman akan nilai budaya dapat memperkuat identitas nasional dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan yang inklusif. Hal ini menjadi penting mengingat tradisi lokal seperti Mappadendang memiliki potensi untuk meningkatkan nilai ekonomi melalui pengelolaan yang kreatif.
Tradisi Mappadendang mencerminkan kekayaan budaya Indonesia yang harus dilestarikan. Dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, lembaga pendidikan, dan komunitas lokal, sangat penting untuk menjaga keberlangsungan tradisi ini. Dengan langkah- langkah inovatif yang mengintegrasikan tradisi ke dalam pendidikan dan ekonomi kreatif, Mappadendang dapat tetap relevan dan menjadi simbol identitas budaya masyarakat Bugis di tengah tantangan global (Hasdalia, 2014; Askar, 2020).
4. Upaya-Upaya dalam Melestarikan Tradisi Mappadendang
Pelestarian warisan budaya di Indonesia, termasuk tradisi Mappadendang, memerlukan kerja sama antara pemerintah, masyarakat, dan berbagai lembaga terkait. Sebagai salah satu bentuk kekayaan budaya Indonesia, tradisi Mappadendang memiliki nilai sosial yang penting dalam mempererat hubungan antar anggota masyarakat. Namun, pelestariannya menghadapi berbagai tantangan, seperti dampak globalisasi dan pergeseran nilai-nilai sosial.
- Kebijakan Pemerintah dan Undang-undang Pemajuan Kebudayaan
Pemerintah Indonesia telah mengambil langkah konkret dalam menjaga warisan budaya melalui kebijakan dan regulasi yang mendukung pelestarian kebudayaan. Salah satunya adalah "Undang-undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan." Undang-undang ini mengatur perlindungan terhadap situs bersejarah, hak cipta karya seni dan budaya, serta pengembangan seni dan budaya secara menyeluruh. Mappadendang, sebagai bagian dari budaya lokal yang berharga, dapat diakomodasi dalam undang-undang ini melalui perlindungan hak cipta dan upaya penguatan identitas budaya bangsa (Ihfa, 2024; Hasdalia, 2014).
- Kegiatan Budaya untuk Pelestarian Tradisi
Selain kebijakan resmi, upaya pelestarian tradisi Mappadendang juga dilakukan melalui berbagai kegiatan budaya seperti festival dan pameran seni. Festival budaya memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam melestarikan tradisi mereka. Sebagai contoh, festival budaya yang melibatkan pertunjukan Mappadendang tidak hanya menjadi ajang untuk memamerkan kekayaan budaya daerah, tetapi juga untuk memperkenalkan nilai-nilai tradisional kepada generasi muda. Kegiatan-kegiatan semacam ini memperkuat rasa kebanggaan dan identitas lokal, serta menjadi sarana untuk memperkenalkan Mappadendang kepada masyarakat luas. Zulkarnaen (2022) menyatakan bahwa melalui kegiatan budaya, masyarakat dapat memperkuat ikatan sosial dan melestarikan tradisi secara langsung. Selain itu, festival dan pertunjukan budaya menjadi tempat yang tepat bagi para seniman dan budayawan untuk berbagi pengetahuan dan menginspirasi generasi muda agar terus melestarikan budaya tersebut.
- Pendidikan Formal dan Informal sebagai Sarana Pelestarian
Pendidikan, baik formal maupun informal, berperan penting dalam pelestarian tradisi Mappadendang. Dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, materi tentang budaya lokal sudah mulai diperkenalkan, terutama dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar dan memahami budaya mereka, termasuk Mappadendang. Selain itu, kegiatan pendidikan informal yang diselenggarakan oleh museum dan situs budaya juga mendukung penyebaran pengetahuan tentang tradisi tersebut. Ihfa (2024) mengungkapkan bahwa pendidikan yang mengintegrasikan budaya lokal dapat meningkatkan kesadaran generasi muda untuk melestarikan dan menghargai warisan budaya.
- Keterlibatan Masyarakat dalam Pelestarian Budaya
Masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam pelestarian budaya lokal, termasuk tradisi Mappadendang. Aktivitas yang melibatkan masyarakat dalam pelaksanaan dan pengenalan tradisi melalui forum-forum budaya seperti workshop dan seminar juga berkontribusi dalam menjaga kelangsungan tradisi tersebut. Sebagaimana disebutkan oleh Hasdalia (2014), masyarakat desa di Kecamatan Ajangale, Kabupaten Bone, aktif berpartisipasi dalam melaksanakan tradisi Mappadendang, yang memperkuat hubungan sosial antar warga.
Upaya pelestarian tradisi Mappadendang harus melibatkan berbagai pihak dan pendekatan, baik dari segi kebijakan pemerintah, kegiatan budaya, pendidikan, maupun keterlibatan aktif masyarakat. Dengan adanya kebijakan yang mendukung, kegiatan budaya yang melibatkan masyarakat, serta pendidikan yang mempromosikan kearifan lokal, diharapkan Mappadendang dan tradisi-tradisi lokal lainnya dapat terus hidup dan berkembang. Hal ini tidak hanya berfungsi untuk melestarikan kekayaan budaya Indonesia, tetapi juga sebagai sarana untuk memperkuat identitas dan kebanggaan bangsa.
5. Peran Anak Muda dalam Melestarikan Tradisi Mappadendang
Anak muda memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga keberlangsungan dan kelestarian budaya Mappadendang, sebuah warisan budaya leluhur yang kaya akan makna bagi suku Bugis. Selain sebagai ungkapan rasa syukur atas warisan budaya yang diterima dari generasi sebelumnya, partisipasi aktif dalam kegiatan Mappadendang menjadi salah satu cara utama bagi anak muda untuk mempertahankan dan mewariskan tradisi ini kepada generasi mendatang.
Dalam era globalisasi modern yang sering kali mengakibatkan tergerusnya nilai-nilai tradisional, anak muda juga memiliki tanggung jawab untuk mengadaptasi teknologi sebagai alat untuk mempromosikan dan melestarikan budaya Mappadendang. Dokumentasi dan penyebaran informasi melalui media sosial menjadi langkah efektif untuk meningkatkan eksposur dan pemahaman masyarakat akan pentingnya tradisi ini. Melalui video, foto, dan cerita yang dibagikan secara online, anak muda dapat memperkenalkan keindahan dan keunikan Mappadendang kepada khalayak yang lebih luas, bahkan hingga ke tingkat internasional. Selain itu, dukungan dari pemerintah setempat juga sangatlah penting dalam menjaga keberlangsungan tradisi ini. Melalui dukungan moral dan moril, serta kehadiran aktif dalam pelaksanaan Mappadendang, pemerintah setempat dapat memperkuat upaya anak muda dalam melestarikan kearifan lokal ini. Hal ini dapat dilakukan melalui penyediaan dana, fasilitas, dan pengakuan resmi terhadap kegiatan Mappadendang sebagai bagian integral dari kebudayaan suku Bugis.
Dengan sinergi yang kuat antara anak muda, teknologi, dan dukungan pemerintah, tradisi Mappadendang dapat terus hidup dan berkembang, serta diwariskan secara berkelanjutan kepada generasi mendatang. Langkah-langkah konkret seperti penyelenggaraan workshop, festival budaya, dan pelatihan tradisional dapat menjadi sarana yang efektif untuk melibatkan anak muda secara aktif dalam menjaga keberlangsungan budaya Mappadendang. Dengan demikian, warisan budaya leluhur suku Bugis ini akan tetap menjadi bagian yang tak terpisahkan dari identitas dan kebanggaan masyarakat Bugis, serta menjadi sumber inspirasi dan kebanggaan bagi seluruh bangsa Indonesia.
6. Kerjasama Pemerintah dan Anak Muda dalam Melestarikan Tradisi Mappadendang
Anak muda memiliki peran penting dalam melestarikan tradisi Mappadendang, yang merupakan warisan budaya dari leluhur suku Bugis. Mereka tidak hanya terlibat dalam kegiatan tradisional ini, tetapi juga memanfaatkan teknologi untuk menyebarkan informasi melalui platform media sosial. Dukungan dari pemerintah setempat, baik dalam bentuk fasilitas  maupun pengakuan, sangat penting agar tradisi ini dapat terus dilestarikan. Melalui kerjasama antara pemuda, teknologi, dan pemerintah, tradisi ini dapat berkembang dan diteruskan ke generasi berikutnya, memperkuat identitas budaya masyarakat Bugis.
7. Dampak Positif Memilihara Kebudayaan Lokal
Pelestarian kebudayaan lokal memberikan manfaat besar, termasuk memperkuat identitas budaya dan mendorong pertumbuhan ekonomi lokal, terutama melalui sektor pariwisata. Integrasi budaya lokal dalam pendidikan memungkinkan generasi muda untuk menghargai dan melestarikan warisan budaya mereka. Kegiatan budaya juga mempererat hubungan sosial dan mendukung kelestarian lingkungan. Selain itu, kebudayaan lokal menjadi sumber kreativitas, yang menginspirasi karya seni dan inovasi baru. Dengan demikian, pelestarian budaya lokal mendukung pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan.
Kesimpulan
Tradisi Mappadendang merupakan bagian penting dari budaya masyarakat Bugis yang mengandung nilai sosial dan spiritual mendalam. Ritual ini dimulai sebagai bentuk rasa syukur atas hasil panen dan melibatkan partisipasi seluruh masyarakat, yang mempererat hubungan sosial dan menumbuhkan kebersamaan. Selain itu, kegiatan ini memiliki simbolisme yang menggambarkan hubungan manusia dengan alam serta penghormatan kepada kekuatan ilahi, sambil mengajarkan nilai-nilai gotong royong. Namun, tradisi ini menghadapi tantangan besar akibat modernisasi dan globalisasi. Perubahan pola hidup dan pengaruh budaya asing menjadi faktor yang mengancam keberlanjutannya, terutama di kalangan generasi muda. Rendahnya regenerasi nilai budaya serta kurangnya dukungan lembaga menjadi penghalang dalam pelestarian Mappadendang.
Untuk melestarikan tradisi ini, diperlukan kerjasama antara pemerintah, masyarakat, dan generasi muda. Kebijakan pemerintah yang mendukung kebudayaan, serta kegiatan budaya dan pendidikan yang melibatkan masyarakat, akan memperkuat pelestarian tradisi ini. Anak muda, melalui keterlibatan langsung dan pemanfaatan teknologi, memiliki peran vital dalam menjaga keberlanjutan Mappadendang dan memperkenalkan nilai budaya ini kepada dunia yang lebih luas. Dengan dukungan yang sinergis dari berbagai pihak, tradisi ini akan tetap hidup dan melestarikan identitas budaya Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Askar, N. (2020). Mistisisme tradisi Mappadendang di Desa Allamungeng Patue, Kabupaten Bone. Jurnal Khitah, 1(1).
Hasdalia. (2014). Kontribusi Tradisi Mappadendang dalam Meningkatkan Hubungan Sosial di Desa Lebba'e Kecamatan Ajangale Kabupaten Bone (Skripsi, UIN Alauddin Makassar). UIN Alauddin Makassar Repository.
Ihfa, N. (2024). Nilai-nilai Sosial Tradisi Mappadendang Di Desa Lapalopo Sebagai Sumber Pembelajaran IPS Di Kelas VII SMP Negeri 8 Pinrang (Skripsi). Institut Agama Islam Negeri Parepare.
Nurmayanti. (2020). Mapadendang dalam tradisi pesta panen di Desa Pationgi (Skripsi, UIN Alauddin Makassar). UIN Alauddin Makassar Repository.
Zulkarnaen, M. (2022). Nilai-nilai Kearifan Lokal Tradisi Mappadendang sebagai Sumber Pembelajaran IPS di MTs DDI Amparita Kec. Tellu Limpoe Kab. Sidenreng Rappang (Skripsi). Institut Agama Islam Negeri Parepare.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H