Budaya memengaruhi cara seseorang mengekspresikan emosi dan berinteraksi dengan orang lain.
Contoh: Di budaya Timur, emosi seperti kemarahan mungkin kurang diekspresikan secara terbuka dibandingkan budaya Barat.
Media dan Teknologi
Media sosial, permainan video, dan televisi memengaruhi cara anak memandang dunia sosial.
Paparan media yang positif dapat mengajarkan empati dan keterampilan sosial, tetapi paparan media yang negatif, seperti konten kekerasan, dapat menyebabkan agresi atau kesulitan mengatur emosi.
Pengalaman Hidup
Pengalaman positif, seperti keberhasilan atau dukungan dari lingkungan, memperkuat perkembangan sosial-emosional.
Pengalaman traumatis, seperti kehilangan orang yang dicintai atau kekerasan, dapat menyebabkan gangguan emosi dan interaksi sosial.
Sistem Pendidikan dan Kebijakan
Kurikulum yang memasukkan pembelajaran sosial-emosional (SEL) membantu anak mengembangkan keterampilan sosial dan pengelolaan emosi.
Program seperti konseling sekolah dan peer support juga memberikan bantuan dalam mendukung perkembangan ini.