Mohon tunggu...
Muhamad Yus Yunus
Muhamad Yus Yunus Mohon Tunggu... Seniman - Sastrawan, dan Teaterawan

Lulusan Sarjana Sastra, Prodi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Pamulang. Penulis buku, kumpulan puisi Dukri Petot: Gaya-gayaan, Novel Tidak ada Jalan Pulang Kecuali Pergi, Anak Imaji, dan Sandiwara Kita di dalam atau di Luar Panggung Sama Saja (2020) Guepedia. Pendiri Teater Lonceng, Tangsel. https://sites.google.com/view/myusyunus

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kenapa Perayaan May Day Selalu Orasi?

3 Mei 2023   07:25 Diperbarui: 18 Mei 2023   23:40 971
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagian besar dari mereka yang kurang beruntung pekerja pada pabrik akan memilih menjadi pembantu rumah tangga untuk masyarakat Eropa, atau jika lebih tidak beruntung lagi mereka akan mengabdi kepada yang tingkat ekonomi dan sosialnya lebih rendah seperti menjadi pembantu di rumah pribumi yang terpandang dari golongan priyai, atau bekerja pada masyarakat Tionghoa yang kaya raya. Kurang dan lebihnya seperti inilah keadaan kaum buruh kala itu untuk melahirkan ide kesetaraan, kesejahteraan, dan keadilan oleh Serikat Buruh.

Tahun 1905 adalah awal terbentuknya Serikat Buruh di Jawa melalui naungan perusahaan kereta api, akan tetapi Serikat Buruh kala itu dan serikat buruh lainnya masih di bawah kendali eropa dan hanya merekrut sejumlah kecil dari buruh pribumi. 

Sementara pada tahun 1910 tepatnya setelah Perang Dunia Pertama, organisasi sosial ini mulai melakukan gelombang pemogokan yang berkesinambungan, dan dianggap memiliki cukup hasil, apalagi pengaruhnya memiliki rentang waktu sampai tahun 1921.

Tercatat ada seratus serikat buruh dengan seratus ribu anggota pada tanggal 1 Mei tahun 1920. Salah satu penyebabnya tidak terlepas dari upaya propaganda. Aktivis buruh melakukan berbagai macam cara, seperti menyebarkan famflet darurat, pemberitaan melalui surat kabar, dan selebaran yang digerakan secara terus menerus. 

Dengan adanya upaya propaganda tersebut masyarakat atau lebih tepatnya kaum buruh di perkotaan menjadi semakin sadar, bahwa meluasnya buruh upah rendah adalah semacam eksploitasi. 

Kesadaran mereka sebagai kelas bawah, sebenarnya memiliki kekuatan jika belajar melihat sesuatu, dan mengendalikan sesuatu tersebut dengan akal dan nalurinya. Pada zaman itu Serikat Buruh secara aktif berusha keras meningkatkan upah dan juga memperbaiki kondisi kerja bagi para anggota, melalui berbagai cara yang salah satunya adalah pemogokan.

Keterlibatan Serikat Buruh dalam perjuangan kemerdekaan, dan mempertahankannya menjadi organisasi sosial yang penting pada tahun 1945 khususnya menjelang dan setelah proklamasi kemerdekaan. 

Karena usaha mereka adalah salah satu kekuatan yang mendorong lahirnya berbagai undang-undang dan peraturan yang melindungi buruh, meskipun Indonesia belum sepenuhnya merdeka kala itu yakni lahirnya UU No. 33 tahun 1947 tentang Kecelakaan Kerja yang merupakan undang-undang pertama hasil karya pemerintah Indonesia, disusul dengan UU No. 12 tahun 1948 tentang Kerja yang berisi berbagai ketentuan yang amat maju pada masanya untuk perlindungan buruh, seperti waktu kerja delapan jam sehari, hak cuti haid bagi buruh perempuan dan lain-lain.

Dalam sudut pandang yang lain, terlepas dari sejarah perayaan hari buruh, atau sejarah Serikat Buruh itu sendiri di Indonesia sejatinya kita adalah buruh untuk zaman kita sendiri bagi yang sudi mengartikannya. Seperti yang kita sama-sama tahu, bahwa rakyat adalah struktur paling tinggi pada susunan organisasi negeri ini, maka sebenarnya seorang Gubernur, Menteri, atau bahkan Presiden sedang menjadi buruh untuk rakyatnya sendiri. 

Mereka tidaklah lebih terhormat dari pada kehormatan rakyatnya sendiri, mereka tidaklah lebih berkuasa selain bahwa kekuasaan itu didapatkan dari hasil pungutan suara yang diambil dari mulut rakyatnya, maka dengan kata lain rakyatlah yang berkuasa. 

Atau dari sendi profesi lain, seorang guru misalnya yang bekerja setiap hari dan setiap tahunnya menghasilkan lulusan yang memiliki potensi dari berbagai bidang, mereka bekerja sebagai buruh secara implisit mengabdi kepada majikannya yaitu nusa, bangsa, dan agama. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun