Sesampainya di atas pohon kelapa, petani tersebut akan mempelajari buah mana yang layak untuk dipetik dan buah mana yang harus dibiarkan ranum.Â
Setelah berhasil memetiknya, buah itu akan dijatuhkan atau akan dibawanya turun. Dan setelah petani itu berhasil turun, Ia telah menyelesaikan perjuangan pertamanya, tinggal menyiapkan strategi perjuangan baru yaitu menjual buah kelapa tersebut.Â
Setelah mendapatkan pembeli, hasilnya akan diberikan kepada istri dan anaknya yang menunggu di rumah. Kelapa yang telah terjual tentu saja bermanfaat bagi pembeli. Si petani sekaligus memenuhi kebutuhan warga sekitar untuk mengkonsumsi kelapa yang oleh pembeli akan diolah menjadi barang lain.
Satu kebaikan akan menjadi banyak kebaikan jika seseorang yang melakukan kebaikan itu benar-benar kembali pada tujuannya. Bukan karena memenuhi kebutuhan saja, tetapi juga karena adanya telat yang kuat untuk kembali memenuhi visi dan misi lain di dalamnya.Â
Apa jadinya jika seorang petani tadi memetik kelapa tetapi Ia tidak pernah turun dari pohon tersebut, dan tidak pernah menjatuhkan buah kelapanya? Tentunya kebaikan yang digambarkan di atas tidak jadi ia perbuat.
Sebagai gambaran, pemudik sejati ialah mereka yang merantau mencari sesuatu di rimba peradaban dan kembali membawa hasilnya untuk tanah kelahiran. Pemudik sejati ada pada diri seorang teknokrat yang belajar 8 semester kemudian kembali membawa ilmunya untuk membangun rekayasa teknologi di kampung halamannya.Â
Pemudik sejati ada pada diri seorang sarjana pendidikan yang kembali ke kampung halamannya setelah mempelajari filfasat pendidikan ala Ki Hajar Dewantara dan menerapkannya kepada anak-anak pedesaan untuk hidup berilmu dan merdeka.Â
Pemudik sejati ada pada diri seorang dokter yang kembali ke kampung halamannya dan membantu banyak orang sakit untuk kembali mendapatkan kesembuhan.Â
Pemudik sejati ada pada diri mereka yang seorang entrepreneurship, yang menemukan banyak penemuan produk dari hasil bumi warga sekitar dan menciptakan lapangan pekerjaan bagi penduduk di kampung halamannya.Â
Tentunya masih banyak gelar dan profesi lain yang dapat digambarkan sebagai pemudik yang bener-beneran mudik, bukan kembali lagi ke tanah perantauan untuk menggantungkan nasib.Â
Dan sekali lagi pemudik sejati adalah mereka yang kembali ke kampung halamannya bukan untuk bersinggah sementara, kemudian akan diulangi lagi pada tahun berikutnya untuk memenuhi kebutuhan tradisi melainkan mereka yang siap membangun, memberikan perubahan, dan menjemput kemenangan.