Mohon tunggu...
Muhamad Yus Yunus
Muhamad Yus Yunus Mohon Tunggu... Seniman - Sastrawan, dan Teaterawan

Lulusan Sarjana Sastra, Prodi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Pamulang. Penulis buku, kumpulan puisi Dukri Petot: Gaya-gayaan, Novel Tidak ada Jalan Pulang Kecuali Pergi, Anak Imaji, dan Sandiwara Kita di dalam atau di Luar Panggung Sama Saja (2020) Guepedia. Pendiri Teater Lonceng, Tangsel. Sekarang menjabat sebagai Redaktur media digital adakreatif.id https://sites.google.com/view/myusyunus

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Selama Ini Pemudik Tidak Pernah Benar-Benar Mudik

21 April 2023   06:50 Diperbarui: 8 Mei 2023   00:12 782
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Dokumentasi Penulis

Sesampainya di atas pohon kelapa, petani tersebut akan mempelajari buah mana yang layak untuk dipetik dan buah mana yang harus dibiarkan ranum. 

Setelah berhasil memetiknya, buah itu akan dijatuhkan atau akan dibawanya turun. Dan setelah petani itu berhasil turun, Ia telah menyelesaikan perjuangan pertamanya, tinggal menyiapkan strategi perjuangan baru yaitu menjual buah kelapa tersebut. 

Setelah mendapatkan pembeli, hasilnya akan diberikan kepada istri dan anaknya yang menunggu di rumah. Kelapa yang telah terjual tentu saja bermanfaat bagi pembeli. Si petani sekaligus memenuhi kebutuhan warga sekitar untuk mengkonsumsi kelapa yang oleh pembeli akan diolah menjadi barang lain.

Satu kebaikan akan menjadi banyak kebaikan jika seseorang yang melakukan kebaikan itu benar-benar kembali pada tujuannya. Bukan karena memenuhi kebutuhan saja, tetapi juga karena adanya telat yang kuat untuk kembali memenuhi visi dan misi lain di dalamnya. 

Apa jadinya jika seorang petani tadi memetik kelapa tetapi Ia tidak pernah turun dari pohon tersebut, dan tidak pernah menjatuhkan buah kelapanya? Tentunya kebaikan yang digambarkan di atas tidak jadi ia perbuat.

Sebagai gambaran, pemudik sejati ialah mereka yang merantau mencari sesuatu di rimba peradaban dan kembali membawa hasilnya untuk tanah kelahiran. Pemudik sejati ada pada diri seorang teknokrat yang belajar 8 semester kemudian kembali membawa ilmunya untuk membangun rekayasa teknologi di kampung halamannya. 

Pemudik sejati ada pada diri seorang sarjana pendidikan yang kembali ke kampung halamannya setelah mempelajari filfasat pendidikan ala Ki Hajar Dewantara dan menerapkannya kepada anak-anak pedesaan untuk hidup berilmu dan merdeka. 

Pemudik sejati ada pada diri seorang dokter yang kembali ke kampung halamannya dan membantu banyak orang sakit untuk kembali mendapatkan kesembuhan. 

Pemudik sejati ada pada diri mereka yang seorang entrepreneurship, yang menemukan banyak penemuan produk dari hasil bumi warga sekitar dan menciptakan lapangan pekerjaan bagi penduduk di kampung halamannya. 

Tentunya masih banyak gelar dan profesi lain yang dapat digambarkan sebagai pemudik yang bener-beneran mudik, bukan kembali lagi ke tanah perantauan untuk menggantungkan nasib. 

Dan sekali lagi pemudik sejati adalah mereka yang kembali ke kampung halamannya bukan untuk bersinggah sementara, kemudian akan diulangi lagi pada tahun berikutnya untuk memenuhi kebutuhan tradisi melainkan mereka yang siap membangun, memberikan perubahan, dan menjemput kemenangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun