3. Kramat/Status Sosial:
- Kekuasaan: Ambisi untuk memiliki kekuasaan dan pengaruh.
- Kepercayaan: Keinginan untuk mendapatkan kepercayaan dari orang lain.
- Disegani dan Dipuji-puji: Hasrat untuk mendapatkan pengakuan dan pujian dari masyarakat.
Metode Pemahaman Diri
Ki Ageng Suryomentaram menekankan bahwa dengan memahami diri sendiri secara jujur dan mendalam, seseorang dapat mengendalikan keinginan-keinginan tersebut. Ia mengajarkan bahwa pemahaman ini tidak tergantung pada kondisi eksternal, seperti tempat atau waktu, melainkan merupakan proses internal yang harus dilakukan secara konsisten.
Prinsip-Prinsip Kunci
- Kejujuran Diri:Â Menyadari dan menerima keadaan diri sendiri tanpa kepura-puraan.
- Refleksi Mendalam:Â Melakukan introspeksi untuk memahami motivasi di balik setiap keinginan.
- Kesadaran Situasional:Â Menyadari bahwa keinginan harus dievaluasi dalam konteks kehidupan saat ini ("Saiku, ing kene, lan ngene").
Implikasi dalam Kehidupan Sehari-hari
Dengan menerapkan ajaran Pangawikan Pribadi, individu dapat mencapai keseimbangan hidup yang lebih baik. Ini mencakup:
- Mengurangi ketergantungan pada hal-hal material yang bersifat sementara.
- Membangun hubungan sosial yang lebih sehat melalui pengertian terhadap diri sendiri dan orang lain.
- Mencapai kebahagiaan sejati dengan cara hidup sewajarnya, tidak berlebihan namun juga tidak berkekurangan.
Sebaliknya, Mungkret menggambarkan kondisi ketika keinginan tidak tercapai, yang menyebabkan individu merasa menyusut atau kehilangan harapan. Dalam hal ini:
Ki Ageng Suryomentaram juga menekankan bahwa semua manusia memiliki "rasa sama", yaitu kesamaan dalam mengalami keinginan dan kekecewaan. Ini menciptakan dasar untuk empati dan pemahaman antar individu. Dalam konteks ini, ia merumuskan prinsip "6 SA", yang mencakup:
1. Sa-butuhne (sebutuhnya): Memenuhi kebutuhan sesuai dengan tingkat kebutuhan yang sebenarnya