b. Kesederhanaan Hidup untuk Mengurangi Ambisi Materialistik
Ki Ageng mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati tidak berasal dari materi, melainkan dari sikap batin yang tenteram. Sikap hidup sederhana (narima ing pandum) membantu individu untuk merasa cukup dengan apa yang dimiliki, sehingga tidak tergoda oleh hal-hal duniawi yang berlebihan.
Dengan menginternalisasi nilai ini, seseorang akan lebih fokus pada esensi pekerjaan sebagai pelayan masyarakat, daripada memanfaatkan jabatan untuk keuntungan pribadi.
c. Keseimbangan Batin untuk Membuat Keputusan Bijaksana
Korupsi sering kali terjadi karena individu merasa cemas akan masa depan, takut kehilangan status, atau tergoda oleh tekanan sosial. Kebatinan Ki Ageng mengajarkan pentingnya keseimbangan batin untuk menghadapi tekanan ini.
Keseimbangan batin membuat seseorang mampu membuat keputusan yang bijaksana berdasarkan prinsip moral, bukan dorongan emosi atau tekanan eksternal.
3. Transformasi Kepemimpinan Diri melalui Kebatinan
Kebatinan tidak hanya relevan dalam pencegahan korupsi, tetapi juga dalam membentuk individu yang mampu memimpin dirinya sendiri dengan baik. Transformasi kepemimpinan diri adalah proses yang memungkinkan individu untuk menjadi lebih sadar, bertanggung jawab, dan berorientasi pada nilai-nilai positif.
Dengan memahami dan menerapkan ajaran Ki Ageng Suryomentaram, individu dapat berkontribusi pada pencegahan korupsi dan menciptakan perubahan positif dalam masyarakat melalui transformasi diri yang mendalam.