maupun makro. Oleh karena itu diperlukan penataan kembali pendidikanÂ
nasional yang menyeimbangkan antara sisi intelektual (sisi akademis), sisi emosional (sisi karakter) dan sisi spiritual (niai-nilai agama) karena tak dapat dipungkiri ketiga hal ini diperlukan untuk menumbuh kembangkan sisi individual dan sosial peserta didik yang dibingkai dengan keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagaimana amanah UU. Oleh karenanya dalam konteks Indonesia tidak ada pertentangan antara tujuanÂ
pendidikan secara umum dan tujuan pendidikan agama yang diberikan diÂ
lembaga-lembaga pendidikan formal yang ada di dalam wilayah hukum NegaraKesatuan Republik Indonesia.
Berkembangnya pemerintah kolonial lain di Asia Tenggara memaksa Belanda untuk pertama kali berkaca diri dengan membandingkan antara pemerintahannya dengan hasil-hasil yang telah dicapai oleh pemerintah kolonial lain seperti Inggris dan Prancis. Politik Etis yang merupakan bentuk tanggung jawab moral pemerintih kolonial Belanda terhadap pribumi (rakyat Indonesia) yang mengalami penderitaan luar biasa akibat politik tanam paksa kolonial Belanda. Politik etis ini dipelopori oleh Pieter Brooshooft dan C. Th Van de Venter yang membuka mata pemerintah colonial Belanda untuk lebih memperhatikan nasib rakyat pribumi.Â
Menurut Van Deventer yang dimuat dalam tulisannya di majalah De Gids tahun 1899,Â
pemerintah kolonial Belanda mempunyai utang kehormatan (Een Eereschuld) kepada warga pribumi yang harus dibayar dengan melakukan tiga hal-yang dikenal dengan "Trilogi Van Deventer", yaitu irigasi, emigrasi, dan edukasi. Lihat Akira Nagazumi, Bangkinya Nasionalisme Indonesia, Budi Utomo 1908-1918, (Jakarta:Pustaka Utama Grafiti,1989), 26-27 School tot Opleiding Van Indische Artsen (STOVIA) yang merupakan sekolahÂ
pendidikan dokter untuk pribumi di Batavia dan lain-lain. Pada akhirnya lembaga-lembaga pendidikan ini memunculkan kesadaran kebangsaan pada diri peserta didiknya saat itu dalam bentuk menyadari akan kondisiÂ
penderitaan bangsanya sebagai akibat dari penjajahan Belanda. Dari kesadaran kebangsaan inilah kaum terdidik kemudian mendirikan organisasi-organisasi pergerakan yang tujuan utamanya adalah Indonesia merdeka dalam rangka menaikkan harkat dan martabat bangsa. Berdirilah kemudian organisasi Budi Utomo, Taman Siswa, Jong Java, Jong Sumatera, Jong Ambon, Jong Celebes dan lain-lain.
Dalam masyarakat Islam salah satu dampak dari politik etis ini adalah
lahirlah kemudian gerakan sosial keagamaan seperti Sarekat Dagang IslamÂ