Mohon tunggu...
Muhamad badarudin
Muhamad badarudin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hobi yg penting olahraga.cuakk

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Latar Belakang Nasionalisme dan Islam

26 Oktober 2023   21:14 Diperbarui: 26 Oktober 2023   21:18 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

maupun makro. Oleh karena itu diperlukan penataan kembali pendidikan 

nasional yang menyeimbangkan antara sisi intelektual (sisi akademis), sisi emosional (sisi karakter) dan sisi spiritual (niai-nilai agama) karena tak dapat dipungkiri ketiga hal ini diperlukan untuk menumbuh kembangkan sisi individual dan sosial peserta didik yang dibingkai dengan keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagaimana amanah UU. Oleh karenanya dalam konteks Indonesia tidak ada pertentangan antara tujuan 

pendidikan secara umum dan tujuan pendidikan agama yang diberikan di 

lembaga-lembaga pendidikan formal yang ada di dalam wilayah hukum NegaraKesatuan Republik Indonesia.

Berkembangnya pemerintah kolonial lain di Asia Tenggara memaksa Belanda untuk pertama kali berkaca diri dengan membandingkan antara pemerintahannya dengan hasil-hasil yang telah dicapai oleh pemerintah kolonial lain seperti Inggris dan Prancis. Politik Etis yang merupakan bentuk tanggung jawab moral pemerintih kolonial Belanda terhadap pribumi (rakyat Indonesia) yang mengalami penderitaan luar biasa akibat politik tanam paksa kolonial Belanda. Politik etis ini dipelopori oleh Pieter Brooshooft dan C. Th Van de Venter yang membuka mata pemerintah colonial Belanda untuk lebih memperhatikan nasib rakyat pribumi. 

Menurut Van Deventer yang dimuat dalam tulisannya di majalah De Gids tahun 1899, 

pemerintah kolonial Belanda mempunyai utang kehormatan (Een Eereschuld) kepada warga pribumi yang harus dibayar dengan melakukan tiga hal-yang dikenal dengan "Trilogi Van Deventer", yaitu irigasi, emigrasi, dan edukasi. Lihat Akira Nagazumi, Bangkinya Nasionalisme Indonesia, Budi Utomo 1908-1918, (Jakarta:Pustaka Utama Grafiti,1989), 26-27 School tot Opleiding Van Indische Artsen (STOVIA) yang merupakan sekolah 

pendidikan dokter untuk pribumi di Batavia dan lain-lain. Pada akhirnya lembaga-lembaga pendidikan ini memunculkan kesadaran kebangsaan pada diri peserta didiknya saat itu dalam bentuk menyadari akan kondisi 

penderitaan bangsanya sebagai akibat dari penjajahan Belanda. Dari kesadaran kebangsaan inilah kaum terdidik kemudian mendirikan organisasi-organisasi pergerakan yang tujuan utamanya adalah Indonesia merdeka dalam rangka menaikkan harkat dan martabat bangsa. Berdirilah kemudian organisasi Budi Utomo, Taman Siswa, Jong Java, Jong Sumatera, Jong Ambon, Jong Celebes dan lain-lain.

Dalam masyarakat Islam salah satu dampak dari politik etis ini adalah

lahirlah kemudian gerakan sosial keagamaan seperti Sarekat Dagang Islam 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun