- Dialektika antara Individu dan Universal: Dalam pemikiran Hegel, individu tidak hanya bertindak berdasarkan kepentingan pribadi tetapi juga harus mempertimbangkan nilai-nilai universal yang mencakup kebaikan bersama. Auditor, sebagai individu yang menjalankan fungsi profesional, diharapkan untuk menginternalisasi nilai-nilai moral yang lebih tinggi dalam setiap tindakan mereka. Ini berarti auditor harus bertindak dengan integritas, kejujuran, dan tanggung jawab sosial.
2. Tanggung Jawab Terhadap Kebenaran
- Pencarian Kebenaran sebagai Tugas Spiritual: Hegel menganggap pencarian kebenaran sebagai aspek penting dari eksistensi manusia. Dalam konteks audit, ini berarti bahwa auditor memiliki tanggung jawab untuk mencari dan menyajikan kebenaran dalam laporan keuangan. Mereka harus memastikan bahwa informasi yang disampaikan akurat dan dapat dipercaya, sehingga mendukung transparansi dan akuntabilitas dalam organisasi.
3. Keterhubungan antara Individu dan Masyarakat
- Peran Auditor dalam Masyarakat: Hegel menekankan pentingnya hubungan antara individu dan masyarakat. Auditor tidak hanya bertanggung jawab kepada klien mereka, tetapi juga kepada masyarakat luas. Dalam hal ini, auditor harus mempertimbangkan dampak dari laporan audit mereka terhadap pemangku kepentingan lainnya, termasuk investor, karyawan, dan masyarakat secara keseluruhan.
4. Independensi dan Objektivitas
- Menjaga Integritas Profesional: Konsep ketuhanan dalam Hegelian mengimplikasikan bahwa auditor harus menjaga independensi dan objektivitas dalam pekerjaan mereka. Hal ini penting untuk memastikan bahwa keputusan yang diambil tidak terpengaruh oleh kepentingan pribadi atau tekanan eksternal. Dengan demikian, auditor dapat memberikan penilaian yang adil dan tidak bias terhadap laporan keuangan.
5. Refleksi Dialektis dalam Praktik Audit
- Proses Pembelajaran Berkelanjutan: Hegelian dialektika melibatkan proses pembelajaran melalui konflik dan resolusi. Dalam praktik audit, auditor diharapkan untuk terus belajar dari pengalaman sebelumnya, baik dari kesalahan maupun keberhasilan. Ini menciptakan siklus perbaikan berkelanjutan dalam praktik audit yang mendukung perkembangan profesional mereka.
Contoh penerapan Pendekatan Dialektika Hegelian dan Dialektika Hanacaraka dalam audit pajak yang menciptakan sistem yang efisien dan adil
Penerapan pendekatan dialektika Hegelian dan Hanacaraka dalam audit pajak dapat menciptakan sistem yang efisien dan adil dengan mengintegrasikan prinsip-prinsip filosofis dari kedua pendekatan tersebut. Berikut adalah contoh penerapan kedua pendekatan ini dalam konteks audit pajak: