Banyak alasan mahasiswa lebih memilih menjalani belajar sistem kebut semalam. Salah satunya, kesibukan di luar akademik mengharuskan mahasiswa menjalani praktik ini.Â
Mahasiswa atau pelajar yang menerapkan SKS untuk mengerjakan tugas karena ada unsur prokrastinasi. Prokrastinasi adalah penundaan pengerjaan tugas secara berulang dan disengaja.
Namun, dalam dunia psikologi sifat menunda sangatlah akrab dengan istilah temporal discount. Artinya makin jauh jarak tenggat waktu suatu tugas, maka bakal kita anggap makin kurang penting.Â
Misalnya, seperti mahasiswa skripsian terasa belum penting kalau belum mepet tenggat waktunya.
Sebenarnya sifat menunda sangat wajar dialami oleh manusia, bahkan pelajar sekalipun. Hal ini dikarenakan dulu nenek moyang kita di alam liar kalau lapar, ya... tinggal berburu. Urusan hari itu ya dipikirkan saat itu juga. Cuma praktik SKS ini kadang emang masih kumat-kumatan.
Hingga kita dapat mengetahui, itulah masalah pendidikan Indonesia, selama ini sekolah atau perguruan tinggi menilai kepintaran siswa nyaris hanya berdasarkan nilai pelajaran saja. Intinya yang dilihat adalah jangka pendek, bukan jangka panjangnya.Â
Apalagi banyak sekali distraksi di dunia digital yang memberikan hadiah serba instan. Padahal kata pepatah kalau mau maju harus "bersusah-susah dahulu, baru bersenang-senang kemudian".Â
Sehingga sebagai mahasiswa kita harus sadar bahwa kehidupan dan kebutuhan manusia akan semakin kompleks, sehingga mau tidak kebutuhan harus kita rencanakan jauh-jauh hari, tidak menggunakan sistem kebut semalam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H