Pastinya sebagai siswa atau mahasiswa saat mendapatkan sebuah tugas terkadang akan merasa malas mengerjakan, apalagi jika tenggat waktu yang diberikan cukup lama.Â
Alih-alih mempersiapkan dari jauh-jauh hari, kadang kita justru mengerjakannya dengan sistem kebut semalam atau SKS sebelum tenggat waktu yang diberikan berakhir.
Berhubung para penunda biasanya juga pakar ngeles, mereka sering beralasan bahwa "SKS bikin kita punya kemampuan super" dengan dalih situasi yang disebut The Power of Kepepet, biasannya akan memacu adanya hormon adrenalin yang meningkat, sehingga akan membuat pekerjaan menjadi lebih cepat selesai, dibandingkan dikerjakan jauh-jauh hari.
Namun, walaupun pekerjaan selesai tepat waktu perlu diperhatikan juga jika prinsip SKS (Sistem Kebut Semalam) tidak sesuai dengan kemampuan tubuh kita apalagi pelajar.Â
Di sisi lain efek adrenalin tersebut tidak bakal berlangsung lama. Tapi biasanya hanya menyisakan stress dan capek luar biasa.
Selain itu SKS punya efek samping yang tidak terelakan, yaitu begadang! Mungkin buat paginya jika mau ada ujian, begadang seakan menambah waktu belajar.Â
Tapi nyatanya belajar begadang hanya mengandalkan memori jangka pendek yang sifatnya sementara.Â
Belum lagi, begadang sebetulnya bikin otak capek. Sehingga paginya malah kita jadi tidak konsen dan pastinya ngantuk setengah mati.
Jadi... bener kata Rhoma Irama "jangan begadang kalau tiada artinya", istilah itu mungkin cocok untuk kaum-kaum begadang atau kalongers.Â
Tapi pernahkah kalian berpikir, kenapa SKS masih sering dilakukan oleh mahasiswa Indonesia, padahal dampak jeleknya banyak banget?