Kesuksesan adalalah hasil dari usaha dan doa. Begitu kata mutiara yang pernah Hario baca. Entah siapa yang mengatakan, Hario lupa. Tetapi tidak mengapa karena ia mengamini pendapat itu. Berkat ketekunannya belajar ditambah doa dari ibu bapaknya, Hario bisa menghadapi berbagai tes dengan maksimal hingga kabar baik mendatanginya. Ia dinyatakan lolos seleksi dan diterima sebagai karyawan baru. Hario pun meninggalkan kampung halamannya untuk bekerja di kota.
Hari itu, Â hari di mana Hario bertemu Bu Haji, sebenarnya adalah hari pertamanya bekerja. Jam 8 pagi ia telah sampai di kantor dan langsung diminta menghadap manajer SDM.
"Selamat bergabung," kata sang manajer sembari menyalami Hario. "Saya minta beberapa berkas, seperti fotokopi KTP dan lain-lain untuk data karyawan. Oya, pastikan sepeda motormu selalu dalam keadaan baik."
Hario agak kaget mendengar perkataan sang manajer. "Tapi, Pak, saya tidak memiliki sepeda motor."
"Bagaimana kamu bisa bekerja tanpa sepeda motor? Pekerjaan ini mengharuskanmu banyak bepergian untuk menemui pelanggan-pelanggan dan calon pelanggan."
Hario terdiam. Ia belum pernah mendengar tentang hal tersebut sebelumnya.
"Oke, saya ingin bertanya. Apakah kamu benar-benar menginginkan pekerjaan ini?" tanya sang manajer.
Dengan mantap Hario menjawab, "Iya, Pak."
"Kalau begitu, usahakan untuk memiliki sepeda motor," lanjut sang manajer.
Hario memutar otaknya. Kalau sepeda, ia bisa mengangkutnya dari kampung. Tapi sepeda motor? Sepertinya ia tidak mungkin membawa sepeda motor yang ada di rumah. Kendaraan itu adalah andalan bapaknya untuk pergi ke sawah maupun untuk aktivitas lainnya.
Mungkin ia bisa meminta dibelikan sepeda motor baru. Tetapi, jika harus dilakukan dalam waktu dekat, tampaknya terlalu memberatkan orang tuanya. Berdasarkan pemikiran tersebut, Hario menyatakan bahwa ia tidak sanggup memenuhi persyaratan yang diajukan sang manajer dan mengundurkan diri. Hario pun melangkahkan kakinya pulang ke kontrakannya.