Mohon tunggu...
Tari Abdullah
Tari Abdullah Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Nama lengkap Mudjilestari tapi lebih sering disapa dengan Tari Abdullah profesi sebagai penulis, conten creator, dan motivator. Ibu dari 4 anak berstatus sebagai single parent. Berdarah campuran sunda - jawa.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerita di Pantai Carita

18 Mei 2020   04:29 Diperbarui: 18 Mei 2020   04:43 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi/cerita/photo:doc.pri

Mereka segera bersiap, Remund menempatkan Lintang di depan, walau sebenarnya bagi seseorang yang belum berpengalaman posisi itu sulit karena butuh kelihaian menjaga keseimbangan tubuh agar tidak jatuh. Tapi setidaknya dengan posisi seperti itu, Remund akan mudah menangkap bila Lintang jatuh.

Pelahan balon karet berbentuk pisang raksasa itu mulai meluncur di air. Lintang memejamkan mata, dan berpegangan erat pada  pengaman yang dipasangkan Remund,  hatinya gemuruh, antara takut dan takjub. Perahu pisang bergerak sedikit demi sedikit, lama-lama makin cepat. Meliuk-liuk di air mengikuti deburan ombak.

Lintang mulai bisa menikmati, pelahan ia membuka matanya, pipinya merona kembali. Hantaman ombak kecil menyapa kakinya, menimbulkan sensasi blooming di dadanya. Seakan riak-riak ombak menggelitiki dadanya dan menggusur ragunya hingga dirasa jiwanya terbebas dari semua yang menghimpit perasaannya selama ini.

Remund lega melihat rona merah dipipi Lintang kembali berseri.
Keinginan isengnya timbul, dengan sedikit gerakan, perahu menyeliut ke kanan hingga sedikit oleng. Lintang berteriak kaget, reflek ia mencengkeram bahu Remund yang berada tepat di belakangnya. Namun demi melihat Remund tertawa gelak, Lintang melotot galak. Tapi tak urung ia tertawa juga menyadari Remund baru menjailinya. Tawa keduanya pun pecah bersahutan hingga akhirnya permainan berakhir dan kembali ke pantai.

Lintang menolak ketika Remund menawarkan untuk membeli baju ganti.

"Nanti juga kering sendiri," ujarnya.

Menjelang senja ketika mereka berjalan menuju pintu keluar.  Untuk beberapa saat lamanya Lintang memperhatikan langit yang mulai gelap dan cahaya lampu warna-warni menjadi paduan serasi yang begitu indah di matanya.

"Indah ya," bisik Remund

Lintang mengangguk tanpa melepas pandangannya dari cahaya lampu warni-warni yang nampak dari kejauhan.

Lintang benar-benar dimanjakan serasa bak tuan Putri oleh Remund. Bahkan laki-laki itu telah memesan tempat dengan pemandangan terbaik di sebuah restoran mahal, di mana mereka bisa menikmati suasana pantai sekaligus makanan kesukaan Lintang dalam waktu bersamaan.

"Kau menyukai hari ini? Ini tempat terindah terdekat yang aku tahu. Mungkin lain kali kita bisa pergi ke tempat lain kalau kamu mau."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun