"Jika memang Allah mengizinkan aku hidup lebih lama lagi, aku ingin menjadi guru, Mbak. Supaya di sisa umurku yang entah Allah izinkan sampai kapan, aku bisa berbuat yang manfaat untuk orang lain, aku juga ingin mengajarkan hafalan Al Quran untuk anak-anak, agar semakin banyak anak-anak yang menyiapkan jubah-jubah indah untuk kedua orang tuanya di padang mahsyar nanti." Binar kembali  memicingkan mata, seolah sedang merangkai banyak harapan dan doa. Tiar meraih kepala gadis bertubuh kurus itu, hatinya tersentuh.
"Hatimu sungguh mulia, Sayang. Semoga Allah mudahkan jalanmu untuk meraih mimpi dan harapanmu."
Di balik pintu, seorang laki-laki berkaki satu berdiri bertopang pada tongkat penyangga tubuhnya, hatinya trenyuh ... hari ini adalah hadiah indah dari sang pencipta. Bertemu perempuan muda penuh dedikasi yang berhati tulus, Binar tampak bahagia bersama Tiar. Kisah perjalanan penulis itu sekali lagi telah menginspirasi semangat anak gadisnya, membangkitkan harapan-harapan dan mimpinya. Tak peduli seberapa lemahnya raga, tapi jika di hati masih tersemat harapan, maka tidak ada yang tidak mungkin untuk mewujudkannya. Laki-laki itu perlahan menyusut air matanya, ya ... harapan itu akan selalu ada, hanya manusialah yang sering kehilangan semangat untuk mewujudkan harapannya. Mulai saat ini, laki-laki itu bertekad akan bekerja lebih giat lagi untuk mewujudkan harapan putri tercintanya.
Sidoarjo, 16 Januari 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H