"Oh, kalau Mbak Tiar ini mau kemana dan dari mana?"
Tiar tersenyum kecil mendengar pertanyaan laki-laki penjual minuman  sambil meneguk habis minumannya.
"Saya mau pulang, saya tinggal di Bayeman. Saya ini penulis, Pak. Saya tidak punya tujuan yang pasti, tergantung hati mau kemana melangkah, Â saya suka berkelana naik motor, untuk mencari ide dan mempelajari bagaimana arti kehidupan, terkadang jika menemukan cerita menarik di perjalanan, saya tuangkan dalam sebuah tulisan.
"Bapak rumahnya jauh dari sini?" Tiar merasa menemukan bahan yang menarik dari kisah hidup si Bapak, ia sedang  berusaha mendapatkan pelajaran hidup dari laki-laki mantan komandan latih tembak tersebut.
"Rumah saya ndak jauh, Mbak. Di gang depan situ," ujar laki-laki itu. "Kebetulan hari ini saya mau pulang cepat, ndak tau ini kok badan rasanya pegel semua," keluh laki-laki itu.
"Bapak mau tutup sekarang?" Tiar bertanya antusias.
"Iya, maaf ya, Mbak, Â hari ini saya harus tutup cepat," sesal laki-laki itu
 "Oh, iya pak, nggak apa-apa," ujar perempuan itu, menyodorkan selembar sepuluh ribuan. "Kembaliannya buat Bapak, mari saya bantu, Pak."
Berdua mereka menurunkan terpal penutup gerobak, mengikat ke empat ujung terpal pada lobang yang terletak pada ke empat sisi gerobak, lalu mendorong mundur agar tidak terlalu menjorok ke jalan. Ketika semua sudah rapi, Tiar menawarkan diri mengantarnya, entah kenapa hatinya ingin tahu lebih banyak tentang laki-laki berkaki satu itu.
"Wah, saya kok jadi ngerepoti Mbak Tiar ini, saya jadi ndak enak." ucap laki-laki itu sungkan. Tiar tertawa memperlihatkan deretan giginya.
"Nggak apa-apa, Pak. Saya senang boleh mengantar Bapak pulang, supaya kapan-kapan bisa main ke rumah Bapak. Boleh kan, Pak?"