Mohon tunggu...
Muchammad Nasrul Hamzah
Muchammad Nasrul Hamzah Mohon Tunggu... Penulis - Asli

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Melacak Jejak Shakespeare dalam Film India

9 Januari 2020   15:28 Diperbarui: 9 Januari 2020   15:46 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Adegan film Raam Leela yang diadopsi dari Rome - Juliet | Foto: indianexpress.com

Tahun 1988 perdebatan ayah dan anak mewarnai rangkaian pembuatan film "Qayamat Se Qayamat Tak" (QSQT). Keduanya adalah produser sekaligus penulis skenario Nasir Hussain, dan anaknya yang menjadi sutradara film QSQT, Mansoor Khan.


Penyebab utama perdebatan dalam ranah kreatif itu tak lain adalah William Shakespeare. Kala itu, Nasir Hussain menulis skenario agar film QSQT berakhir bahagia. Namun, sang anak, Mansoor Khan, justru menghendaki agar film dengan kisah cinta itu berakhir tragis.

Mansoor bersikukuh bahwa QSQT yang mengimitasi kisah Romeo - Juliet, sebuah mahakarya Shakespeare, harus diaplikasikan sesuai dengan kisah aslinya. Tidak berakhir bahagia.

Namun, sebagai sang produser dan sang penulis skenario, Nassir justru berbeda pendapat. Alasannya, publik India tidak bisa menerima film berakhir tragis. Kata Nassir, pecinta film India, hanya menginginkan kisah cinta berakhir bahagia.

Perdebatan panjang dalam proses pembuatan film itu, akhirnya dimenangkan oleh Mansoor Khan. Sang ayah akhirnya menuruti kehendak anaknya yang ingin agar cerita itu berakhir sebagaimana Shakespeare menceritakan Romeo dan Juliet.

Hasilnya, film QSQT yang diperankan Aamir Khan dan Juhi Chawla dengan cerita berakhir tragis, justru laris manis di pasaran. Termasuk melambungkan nama Aamir Khan sebagai aktor yang diperhitungkan di industri perfilman India. Maklum saja, QSQT merupakan debut Aamir Khan sebagai aktor utama dalam film, setelah ia tampil sebagai cameo dalam beberapa film.

Kisah tentang QSQT sengaja saya taruh dibagian pembuka sebagai sebuah pijakan analisa, bahwa hampir sebagian besar film India rupanya tak bisa lepas dari karya William Shakespeare, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Seorang aktor kawakan asal India, Nasheruddin Shah sempat berujar, "meskipun sulit untuk melacak akarnya (dalam sebuah film), namun sebagian kisah besar dari film India berasal dari Shakespeare,".

Apa yang disampaikan oleh Nasheruddin Shah ini bisa dibuktikan dalam beberapa film India. Tahun 2006 sebuah film berjudul "Om Shanti Om" yang diperankan Shah Rukh Khan dan Deepika Padoukone secara tak lansgung mengadopsi "Hamlet" karya Shakespeare, khususnya dalam pola permainan ceritanya.

"Om Shanti Om" bukanlah film tentang reinkarnasi, melainkan kisah tentang seorang hantu yang ingin agar pembunuhnya dihukum secara sepadan. Film ini mengambil setting dari tahun 1979 an dan tahun 2000-an.

"Om Shanti Om" berkisah tentang seorang pria bernama Om Prakash (Shah Rukh Khan) yang bercita-cita sebagai aktor dan jatuh cinta kepada aktris Shanti Priya (Deepika Padoukone).

Kisah cinta Om dan Shanti tidak diterima oleh Mukesh Mehra (Arjun Rampal) yang juga jatuh hati pada Shanty. Pada akhirnya, Mukesh membunuh keduanya. Shanti dibakar dalam sebuah studio dan Om ditabrak hingga tewas. Tepat pada saat Om meninggal dunia, lahirlah seorang bayi laki-laki yang juga diberi Om Prakash dan diceritakan menjadi aktor besar.

Arwah Om Prakash yang sudah meninggal akhirnya merasuk dalam jiwa Om Prakash, dan memberikan semacam pesan agar ia membalaskan dendam atas kematiannya. Kisah semacam ini, penulis rasa mirip dengan kisah Hamlet yang dihantui ayahnya agar membalas dendam akan kematiannya."Om Shanti Om" mengadopsi "Hamlet" secara garis besar meski mereka sedikit membelokkan ceritanya.

Sama halnya dengan film "Janaam" tahun 1994 yang diperankan Rahul Roy dan Pooja Bhat. Film ini adalah antitesa dari QSQT yang saya sebutkan di awal. Kisahnya sama. Drama cinta diantara dua keluarga yang saling bermusuhan. Namun, "Janaam" lebih memilih kisahnya berakhir bahagia daripada berakhri tragis dan penuh duka.

Membaca jejak Shakespeare dalam film India, tak lain adalah dengan menonton film India itu sendiri. Sebab sebagian besar film India terdapat anasir-anasir karya Shakespeare.

Beberapa karakter penuh intrik sebagaimana dikisahkan oleh Shakespeare, atau kisah bayi kembar yang dipisahkan sejak lahir, jatuh cinta dengan kurir dan sebagainya tanpa ragu-ragu diimitasi oleh Industri film India atau yang lebih akrab disebut Bollywood.

Hal ini, bisa dilacak jauh sebelum film India itu ada. Pada saat seniman masih menggunakan teater sebagai pertunjukkan drama. Sepanjang hasil pelacakan penulis, Teater Parsi, misalnya banyak mengambil kisah dari Eropa, Persia dan bahkan Sanskerta. Pada tahun 1950, sastra Bengali bahkan menghasilkan beberapa karya dari Shakespeare yang kemudian dipentaskan dalam pertunjukkan teater.

Ayah aktor Amitabh Bachan bernama Harivansh Rai Bachan adalah orang pertama di India yang menerjemahkan dua karya Shakespeare yakni "Othelo" dan "Macbeth" dalam bentuk sajak berbahasa India. Karya itu diterbitkan berturut-turut pada tahun 1956 dan tahun 1958.

Lebih jauh sebelumnya, tepatnya pada tahun 1880, "The Merchant of Venice" juga diadopsi ke dalam bahasa India berjudul "Durlabh Bandhu" yang ditulis oleh Bharatendu Harishchandra.

Hasilnya, dari titik itulah "hubungan intim" antara karya Shakespeare dengan film India makin erat dan sampai saat ini masih terlihat jelas, dalam kisah cerita, tokoh, plot maupun teknik penyampaian ceritanya.

Dimulai dari Film "Shavkari Pash"
Kisah tentang Shylock seorang rentenir Yahudi dalam drama "The Merchant of Venice" karya Shakespeare ditemukan manuskripnya pada tahun 1623, atau tepat 7 tahun setelah kematian penulisnya. Ada yang beranggapan jika naskah "The Merchant of Venice" dibuat Shakespeare pada sekitar tahun 1596 - 1597.

Meski ada sedikit sentimen agama dalam "The Merchant of Venice" karya Shakespeare, namun sineas India agak sedikit mengubah fokusnya menjadi permasalahan sosial, yakni kisah tentang kekejaman rentenir.

Alhasil pada tahun 1925 film "bisu" berjudul Shavkari Pash berhasil diproduksi. Film ini berkisah tentang petani yang terjerat rentenir dan harus membayar hutangnya. Lantaran tak mampu membayar hutang ia lantas dipekerjakan di kota untuk melunasi yang menjadi kewajibannya.

Kisah tentang rentenir, tentu saja mengingatkan akan "The Venice of Merchant", meski Shivkari Pash diangkat dari novel berjudul "Shavkari Haak" karya Narayan Aptee. Bahkan, berbagai media India menyematkan kalimat "The Shylock of India" dalam film Shivkari Pash lantaran mau tak mau ia harus disandingkan dengan karya Shakespeare.

Lagi-lagi "hubungan intim" tak langsung antara Shakespeare dengan film India terbukti dalam sebuah karya, meski tak langsung diadopsi. Penulis berpandangan, karena film ini diangkat dari novel karya Narayan Aptee bukan Shakespeare. Namun, penggambaran karakter rentenir, mau tak mau langsung mengingatkan publik tentang sosok Shylock karya Shakespeare.

Seperti yang penulis tegaskan di awal, jika beberapa karya sastra Bengali tanpa ragu menerjemahkan karya William Shakespeare. Sehingga, tidak salah seorang penulis seperti Narayan Aptee lantas sedikit mengimitasi tokoh rentenir dalam karya-nya yang diangkat ke layar lebar.

Selain mengadopsi karya Shakespeare, Shivkari Pash juga membawa sedikit angin segar dalam perfilman India. Pasalnya pada era tahun film ini dibuat, kisah film India masih dipenuhi dengan cerita berbau mitos dan supranatural. Sehingga, film yang mengangkat realitas di lapangan, menjadi suguhan menarik kala itu.

Kesuksesan Shivkari Pash, lantas mengilhami seorang sutradara bernama Gulzar untuk mengadopsi karya Shakespeare secara langsung. Tahun 1982 film drama komedi berjudul "Angoor" menjadi perbincangan lantaran kesuksesannya tidak saja di India namun di dunia.

Film yang mengadopsi karya Shakespeare berjudul "The Comedy of Errors" ini mengubah cara pandang sineas agar membuat film dengan drama komedi secara cerdas tanpa adegan konyol yang membuat penonton tertawa.

Sama seperti kisah aslinya, "Anggor" juga berkisah tentang seorang anak kembar identik yang terpisah tepat setelah keduanya lahir. Lalu berbagai konflik dengan ramuan komedi yang membuat film ini menjadi menarik untuk ditonton. Konon kabarnya, film India yang mengadopsi "The Comedy of Errors" pernah dibuat pada tahun 1963 namun tidak sukses di pasaran.

Sehingga ketika Gulzar mengaku ingin membuat film ini, banyak produser yang menolaknya lantaran kisah macam tersebut kurang diminati oleh penonton film. Apalagi, Gulzar mencoba menyutradarai film komedi dengan gaya berbeda seperti kebanyakan yang telah dibuat pada tahun tersebut.

Beruntung, salah seorang produser yang gemar akan karya Shakespeare, menyetujui membiayai film ini dan usai dibuat justru berhasil di pasar dalam negeri bahkan menjadi perbincangan di dunia.

Nah, adopsi kisah tentang anak kembar yang terpisah seperti dalam film "Angoor" ini lantas menjadi ide untuk membuat film dengan tema yang serupa. Tentu saja, ide memisahkan anak kembar itu berasal dari Shakespeare.

Alhasil, beberapa film yang kisahnya memisahkan anak kembar seperti "Chalbaaz" yang diperankan Sridevi dan juga "Judwaa" yang diperankan Salman Khan, tidak bisa dipisahkan dari karya Shakespeare. Sekali lagi, apa yang penulis sampaikan di atas tentang jejak Shakespeare dalam film India secara tak langsung terbukti dalam berbagai karya.

Mengadopsi Karya Shakespeare Sembari Menjiplak Film Barat
Tidak saja terinspirasi dari karya William Shakespeare, namun film India juga ada yang menjiplak langsung film barat yang diangkat dari karya Shakespeare.

Film pertama yang mengadopsi langsung baik dari judul, tokoh, cerita dari karya Shakespeare secara utuh, dilakukan pada tahun 1948, berjudul "Romeo - Juliet" yang disutradarai Akhtar Huseein.

Film ini tidak saja mengimitasi langsung kisah "Romeo - Juliet", namun juga menjiplak hampir secara kesulurahan dari film "Romeo - Juliet" arahan sutradara George Cukor dan dibintangi Norma Shearer.

Hal yang sama kembali diulang tahun 1954, manakala karya Shakespeare berjudul "Hamlet" diadopsi dengan judul yang sama di India. Film yang disutradarai Kishore Sahu ini mengambil nama tokoh, plot cerita, pernak-pernik yang sama dengan Hamlet ala Shakespeare. Sebagian pemerhati film menilai jika karya Kishore Sahu ini, menjiplak film "Hamlet" karya Laurence Olivier yang diproduksi pada tahun 1948.

Ketika Sanjay Leela Bhansali merilis film "Gooliyan ke Rasheela Raam - Leela" dan menyematkan kalimat "Basic on Shakespeare Romeo - Juliet", maka kisah film ini pasti bisa kita bayangkan.

Meski tidak sepenuhnya mengadopsi semua hal yang ada dalam Shakespeare, namun kisah cinta terlarang Raam - Leela yang berakhir duka, ternyata juga mengadopsi film barat.

Sanjay Leela Bhansali dalam film  "Gooliyan ke Rasheela Raam - Leela" dianggap beberapa adegannya meniru film "Romeo - Juliet" karya Luz Buhrmann pada tahun 1996.

"Dil Bolle Haddipa" yang diperankan Raani Mukherjee dan Shahid Kapoor juga mengadopsi langsung "Twelfth Night" Shakespeare. Film ini jelas-jelas menjiplak film "She The Man" yang diperankan Channing Tatum pada tahun 2006.

Mengadopsi karya Shakespeare, dibuat dalam drama komedi, dan paling mencolok adalah teknik dan plotnya mirip dengan "She The Man" adalah gambaran dari "Dil Bolle Haddipa".

Trilogi Vishal Bhardwaj Paling Sukses di India
Sutradara asal India Vishal Bhardwaj menuai kesuksesan besar dari karya-karya Shakespeare. Ia membuat semacam trilogi film dari karya sang maestro, diantaranya "Maqbool" yang diangkat dari "Macbeth", "Omkaraa" yang diambil dari kisah "Othello" dan terakhir adalah film "Haider" yang diadopsi dari "Hamlet".

Tiga film Vishal itu menuai sukses besar, bahkan "Omkaraa" masuk dalam  nominasi film terbaik di berbagai festival di dunia.

Berbeda dengan yang penulis bahas sebelumnya, karya Vishal melegenda karena selain mengadopsi karya Shakespeare, dia cenderung mandiri dalam membikin filmnya. Tidak menjiplak film apapun dari karya yang sama.

Selain itu, Vishal juga mengangkat tema sosial khas ala India atau isu-isu yang berkaitan dengan negara tersebut. Film "Haider" misalnya, meski secara terang-terangan Vishal mengaku dia mengadopsi "Hamlet", namun ia memasukkan berbagai isu yang sedang hangat di India. Konflik Islam - Hindu di kawasan perbatasan hingga pasukan tentara India.

"Omkaraa" juga lebih keren, pasalnya, film tersebut menggunakan intrik politik ala film India yang khas macam di film "Sarkar Raj". Jelas saja, meski mengadopsi karya Shakespeare secara langsung, namun Vishal lebih kreatif dalam mengolahnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun