Kendati sudah menulis 10 tahun (2014-2024) di Kompasiana, aku tetaplah penulis amatiran. Aku menulis di Kompasiana bukan untuk mendapatkan bayaran. Aku menulis sebagai proses belajar seumur hidup. Syukur-syukur artikel-artikelku bermanfaat bagi siapa saja yang kebetulan membacanya.
Hasahatan (Akhirul Kalam)
Aku mungkin tergolong orang yang beruntung karena punya bakat (terpendam) menggambar dan pernah mendapat pelajaran menggambar dari Pastor Philippus OFM Cap. di SMP SMCS. Â Prinsip menggambar sebagai suatu proses tafsir mendalam untuk menghasilkan suatu pelukisan yang lengkap, dalam arti logis, etis, dan estetis, ternyata berlaku juga dalam kegiatan penulisan artikel.Â
Sungguh, nasihat "Nulla dies sine linea" sama berlaku baik untuk kegiatan menggambar maupun menulis. Â Keduanya sama-sama kegiatan "penggambaran" realitas, berdasar tafsir mendalam atas makna data atau fakta obyektif. Â Bedanya, menggambar adalah "menulis dengan garis-garis" sedangkan menulis adalah "menggambar dengan kata-kata".
Dengan demikian, Â bagiku transformasi dari menggambar ke menulis adalah sebuah proses peralihan yang indah dan menyenangkan. Menulis, seperti halnya dulu menggambar, bagiku adalah kontemplasi yang mencerdaskan.
Maka bagiku kini "tiada hari tanpa sebaris kalimat". Â Aku tak ingin kegiatanku menulis memudar, seperti halnya kegiatanku menggambar telah memudar. [eFTe]
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI