Patung Santo Yusuf Pelindung Gereja Semesta itu didirikan dan diresmikan bersamaan dengan perayaan ulang tahun ke-95 Gereja Katolik Santo Yusuf Ambarawa. Dia menjadi tetenger baru untuk gereja itu.
Dari samping patung itu, kami menyusuri selasar timur gereja menuju pintu samping depan. Selasar itu sudah disatukan dengan ujung barat bangunan gedung paroki, membentuk ruang tambahan untuk menampung umat yang membludak khususnya pada perayaan-perayaan besar semisal Paskah dan Natal.
"Ini koleksi relikui orang kudus." Lelaki itu menunjuk pada sekumpulan wadah bulat serupa medali berisi relikui -- sisa jasad atau barang milik orang kudus -- yang terusun rapih di dalam bingkai kaca. Sejumlah nama orang kudus, sumber relikui, dilekatkan di sisi "medali-medali" itu.
Satu yang paling menarik adalah relikui yang berada di tengah bingkai. Tercantum keterangan nama sumber di situ: Santa Maria dan Santo Yusuf. Apakah yang dimaksud adalah Maria Ibu Yesus dan Yusuf Ayah Yesus? Masih menjadi pertanyaan untukku.Â
Di samping kiri bingkai relikui itu berdiri patung klasik Yusuf dan Kanak-kanak Yesus. Posenya Yusuf sedang menggendong kanak-kanak Yesus, menempel pada dada kirinya. Itu sebuah pose klasik yang lazim ditemukan di berbagai gereja.
Saat aku berdiri sejenak, lalu berlutut di depan altar dan tabernakel -- itu etika dalam gereja -- perasaan diri kecil menyergap sanubariku. Mungkin terpengaruh oleh aura agung dan magis interior gereja yang sangat jembar itu -- konon kapasitasnya 1,000 orang. Atau karena bawah sadar yang tetiba terbangun oleh dentang jam di menara gereja, mengingatkanku seorang pendosa yang berlutut di depan altar suci.
Tentang jam di menara itu, keberadaannya sudah seumur gereja juga. Itu jam mekanik bikinan Jerman. Setiap minggu harus ditera agar berdentang tepat satu kali tiap jam, dan berdentang panjang tiap-tiap pukul 06.00, 12.00, dan 18.00 WIB. Dentang panjang itu itu adalah lonceng angelus, pengingat umat untuk mendaraskan Doa Malaikat Tuhan.
"Patung Santo Yusuf meninggal bahagia ada di belakang sana." Lelaki pemandu itu seakan tak sabar menunjukkan maskot Gereja Jago Ambarawa itu. Aku mengikuti langkahnya menuju sisi kiri belakang gereja.
Di situ, pada sebuah relung, untuk pertama kalinya sejak lahir tampak olehku suatu patung yang sangat unik: Yusuf sedang terbaring sakit di tempat tidurnya, dalam dekapan Maria istrinya dan Yesus anak lelakinya.
"Patung ini asli buatan Prancis. Sudah seusia gereja ini. Hanya ada dua di dunia. Satunya lagi ada di Gereja Notredame, Paris," tutur lelaki itu antusias.