Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Mengapa Aku Menulis Kaldera Toba?

9 Desember 2023   12:53 Diperbarui: 9 Desember 2023   13:43 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perempuan penenun di Gua Pertenunan Tombak Sulu-sulu, Bakkara Humbahas (Foto: calderatobageopark.org)

Status Geopark Kaldera Toba itulah yang mengubah perspektifku. Aku kini melihatnya dengan perspektif ekologi manusia, suatu ajang interaksi manusia dengan lingkungannya. 

Tiga pilar geopark yaitu geologi, biologi (hayati), dan budaya berinteraksi secara triangular mewujudkan suatu ekologi manusia yang kini disebut Kaldera Toba. Interaksi itu setidaknya dimulai 30,000 tahun lalu, sejak Pulau Samosir timbul ke permukaan dari dasar danau kaldera. Menyusul letusan dahsyat Gunung Toba 74,000 tahun lalu.

Mulanya adalah interaksi antara geologi dan biologi. Ini menghasilkan kekayaan flora dan fauna Kaldera Toba. 

Manusia Batak mungkin baru hadir di sana 1,000 tahun lalu. Mereka, dengan kekuatan budayanya, mengelola kekayaan geologis dan biologis di sana. 

Maka jadilah interaksi triangular antara kekayaan geologi, biologi, dan budaya dalam 1,000 tahun terakhir. Itulah suatu proses ko-evolusi antara tiga pilar yang membentuk Kaldera Toba sebagai sebuah ajang ekologi manusia. 

Kaldera Toba sebagai ekologi manusia berkembang menuju kompleksitas interaksi triangular antara tiga pilarnya. Pilar budaya tampil memimpin di situ. Dia menentukan apakah Kaldera Toba akan menjadi berkah berkelanjutan bagi manusia. Atau sebaliknya menjadikannya lembah derita.

Di satu sisi geologi dan biologi kaldera menghidupi manusia di sana. Tapi di lain sisi ulah manusia yang eksploiratif telah mendorong geologi, berikut hidrologi, memukul balik manusia kaldera lewat bencana tsnah longsor dan banjir bandang. 

Kompleksitas interaksi triangular antara geologi, biologi, dan budaya itulah yang menjadi fokus kajian ekologi manusia. Sekaligus itu pula yang menjadi fokus tulisan-tulisanku tentang Kaldera Toba.

Bukan kerja pikir yang mudah, tentu saja. Sebagai sosiolog pedesaan, akuxmungkin tak perlu belajar keras lagi ilmu-ilmu sejarah, antropologi, ekonomi, pertanian, dan ekologi pedesaan. Sosiologi pedesaan yang aku pelajari mencakup semua itu. 

Tapi geologi, hidrologi, dan arkeologi? Aku harus jungkir balik mempelajarinya. Agar tak salah mengerti hasil riset ilmu-ilmu itu, dan tak menyesatkan pembaca dengan informasi keliru.

Begitulah tantangan menulis Kaldera Toba dengan perspektif Ekologi Manusia. Menyerah? Tidaklah. Aku sudah terlalu tua untuk menyerah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun