Tapi itu semua formasi yang menipu. Begitu wasit meniup peluit, Panama langsung menaikkan garis pertahanannya menjadi garis serang ke wilayah pertahanan Indonesia.Â
Akibatnya Indonesia terkurung dan tertekan di sekitar daerah penalti. Hanya bisa bertahan dan bertahan dari serangan bergelombang anak-anak Panama. Tiada jeda tarik nafas untuk kapten Iqbal dan kawan-kawan.
Indonesia benar-benar mati gaya. Permainannya gak berkembang. Formasi 4-3-3 menjadi formasi "galasin", pertahanan semesta.
Sepanjang 20 menit pertama, aku benar-benar sesak nafas. Cemas banget. Aku melihat betapa garuda-garuda muda kehilangan akurasi. Passing bola kerap kali jatuh di kaki pemain Panama, di daerah pertahanan sendiri. Membuat anak-anak Panama begitu leluasa  memborbardir gawang Indonesia. Seolah-olah merekalah akamsi -- anak kampung sini.
Hei, garuda-garuda muda, bangunlah. Jangan biarkan anak "kampung" Panama itu ngrusuhi "kampung"-mu. Usir mereka ke kampungnya.
Syukurlah. Setelah menit ke-20 anak-anak Indonesia U-17 secara sporadis mulai bisa bangkit dan menusuk ke daerah pertahanan Panama. Itu membuat anak-anak Panama mulai mikir, "Wah bisa nyerang juga anak-anak Indonesia."
Memang serangan Indonesia tak terlalu mengancam. Tapi itu cukuplah untuk membuat Panama lebih ketat menjaga wilayah pertahanannya. Sehingga intensitas serangan Panama sedikit mengendur.
Memasuki injury time babak pertama, Panama kembali menaikkan intensitas serangan. Lagi, pertahanan Indonesia kocar-kacir. Hilang konsentrasi.Â
Puncaknya, dalam sebuah kemelut di kotak penalti, bola clearance dari bek Indonesia justru jatuh ke kaki Castillo. Itu yang kutakutkan. Pemain Panama ini langsung membawa bola meliuk-liuk melewati tiga pemain Indonesia di kotak penalti, men-chop bola melewati kepala kiper Ikram dan, sial, gol.
Skor 1-0 untuk Panama. Jantungku rasanya langsung kiwir-kiwir. Hasratku minum kopi terbang sudah.
Babak pertama berakhir. Jeda 15 menit aku gunakan untuk ngupil, no idea. Hanya bisa berharap. Mudah-mudahan pada babak kedua Indonesia melakukan comeback spektakuler. Seperti Iran saat melawan Brasil.