Sasaran "Merdeka Belajar" di Sekolah Dasar (SD) -- saya batasicpada aras ini -- adalah profil pelajar Pancasila. Karena itu prakteknya di sekolah disebut Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5).
Sasarannya membentuk pelajar dengan enam ciri Pancasilais. Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia; berkebinekaan global; bergotong-royong; mandiri; bernalar kritis; dan kreatif.
Kurikulum Merdeka, suatu kurikulum yang berpusat pada kebutuhan pelajar, yang memadukan ragam metode ajar dan sumber-sumber belajar, diarahkan untuk pencapaian sasaran itu.
Maka jadilah SD kita hari ini menjadi ajang belajar-mengajar yang menjawab kebutuhan murid, dinamis, variatif, dan menyenangkan.Â
Setidaknya begitu menurut paparan Mendikbudrustek, Pak Nadiem Makarim di berbagai kesempatan. Juga menurut cerita-cerita di medol dan medsos.
Walaupun, tentu saja, ada kritik pedas pada Kurikulum Merdeka. Baik dari pengamat dan guru maupun dari orangtua dan murid.
Ada sejumlah murid laki  SD yang mengerutu. Mereka merasa kegiatan belajar teramat padat, membebani, dan menyita waktu. Tak sempat lagi main bola, main layangan, dan nyolong mangga tetangga.
Ah, itu kan konten TikTok. Ya, tapi itu berangkat dari kenyataan.
Sebenarnya, sedikit berempati, kasihan juga murid-murid SD kita. Â Demi masa depan NKRI, anak-anak sekecil itu harus berjibaku belajar sepanjang hari di sekolah.Â
Yah, kita semangati saja. Semoga mereka pada ujungnya sukses menemukan profil pelajar Pancasila dalam dirinya.