Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Skripsi Ora Skripsi Sing Penting Kompetensi

3 September 2023   20:00 Diperbarui: 4 September 2023   00:03 554
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mengerjakan skripsi (Pixaba)

Satu: kompetensi manajerial. Ini adalah kompetensi utama sarjana ilmu-ilmu terapan yang berbasis proyek (project based learning) semisal manajemen bisnis, kesejahteraan sosial dan kedokteran. 

Dua: kompetensi teknikal. Ini merupakan kompetensi sarjana vokasi dan bidang teknologi semisal teknik sipil, tambang, mesin, elektro, dan arsitektur.

Tiga: kompetensi artistikal. Ini menjadi kompetensi sarjana bidang seni, semisal musik, tari, lukis, lakon, sastra, dan film.

Alat ukur kompetensi yang kini berlaku umum di perguruan tinggi adalah skripsi. Nah, ini jadi masalah. Sebab skripsi itu hanya relevan mengukur kompetensi teoretikal. Tidak untuk kompetensi praktikal -- yaitu manajerial, teknikal, dan artistikal tadi.

Itulah dasar kebijakan jalur ganda kelulusan kompetensi sarjana itu. Agar alat ukur kompetensi kesarjanaan kompatibel dengan kebijakan Kampus Merdeka yang membuahkan ragam kompetensi.

Bahkan pada pola ekstrimnya, menurut Peraturan Menteri itu, suatu prodi yang menerapkan project based learning bisa saja meniadakan tugas akhir. Baik skripsi maupun non-skripsi. 

Tapi syaratnya sangat berat. Prodi itu harus bisa meyakinkan BAN, bahwa sistem dan proses perkuliahan yang diterapkan benar-benar menghasilkan lulusan dengan kompetensi tinggi. 

Jadi para mahasiswa yang "fobia skripsi" jangan keburu suka-ria dulu. Sebab, pertama, skripsi tidak dihapus tapi dijadikan opsi. Kedua, pilihan opsi tugas akhir itu -- apakah skripsi saja, non-skripsi saja, atau keduanya -- diserahkan pada prodi atau perguruan tinggi yang bersangkutan.

Jelas, ya, skripsi tidak ditiadakan. Tapi mahasiswa boleh menghindari skripsi, sejauh kampusnya menyediakan opsi jalur kompetensi non-skripsi.

Non-Skripsi Itu Bukan Barang Baru

Kebijakan opsional skripsi dan non-skripsi itu bukan hal yang sepenuhnya baru. Jauh sebelumnya jalur non-skripsi sudah diterapkan di sejumlah kampus domestik.

Ada satu contoh ekstrim: Ir. M. Kasim Arifin. Ketika menjadi mahasiswa Agronomi di IPB tahun 1958-1965, lelaki kelahiran Aceh ini (1938) bersama timnya dikirim KKN ke Desa Waimital, Seram Maluku. Mereka ditugaskan membantu petani di sana menerapkan Panca Usaha Tani -- irigasi, olah tanah, benih unggul, pupuk, dan pemberantasan hama dan penyakit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun