Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pisang dalam Budaya Batak Toba

5 Juli 2023   12:20 Diperbarui: 6 Juli 2023   01:33 2421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pohon pisang berbuah (Dokpri)

Orang Batak, jika merujuk pada warga kampungku -- kampung Panatapan (pseudonim) -- menanam pisang untuk dua maksud. 

Pertama, sebagai penanda kuasa atas tanah porlak, kebun. Sekaligus penanda sebuah kampung yang hidup secara sosial, ekonomi, dan budaya.

Lazim setiap warga kampung memiliki hak atas tanah di belakang rumahnya. Itu disebut porlak. Kehadiran pohon pisang menjadi penanda hak tersebut.  

Kedua, untuk dimanfaatkan hasilnya sebagai penunjang kehidupan sosial-budaya dan sosial-ekonomi. 

Orang Batak menanam pisang untuk diambil terutama buah dan daunnya.  Buah sudah jelas untuk dikonsumsi sendiri. Tapi lebih banyak untuk dijual ke onan, pasar mingguan.

Saya dulu ikut terlibat dalam urusan penjualan ini. Tiga hari sebelum hari pasar di Tigaraja Parapat -- ini pasar orientasi kampungku -- pisang tua ditebang. Sisiran-sisirannya dilepas dari  tangkai buah. Siap untuk diperam.

Cara peramnya masih tradisional. Sisiran-sisiran pisang tadi dimasukkan ke dalam pangombusan, liang pemeraman dalam tanah.  Dialasi dan ditutupi dengan daun pisang kering. 

Lalu di mulut liang dibakar daun pisang kering. Asapnya diombus, dihembus, sehingga masuk ke dalam liang. Itu sebabnya dibilang pangombusan, penghembusan.  Asap panas itu akan mempercepat pematangan pisang. 

Sore pada hari ketiga, itu artinya Jumat sore, pangombusan dibuka. Pisang matang sempurna dikeluarkan dan disusun dalam keranjang rotan. Siap dibawa dan dijual ke pasar esoknya. Uangnya untuk beli gula, garam, kelapa, ikan mujair, ikan asin, dan lain-lain.

Daun pisang serba-guna juga. Orang Batak lazim menggunakannya sebagai pembungkus lampet, kue bugis atau lepat tepung beras khas Batak. Varian paling terkenal adalah ombus-ombus Siborong-borong. Disajikan panas sehingga harus diombus-ombus, dihembus-hembus dulu agar dingin. 

Selain itu, daun pisang kering yang liat juga digunakan sebagai pembungkus ikan asin di pasar. Biasanya diikat dengan tali serat yang disuwir dari pelepah batang pisang kering. Itu kemasan ramah lingkungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun