Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perkawinan Huruf Melahirkan Kata yang Membentuk Kalimat

4 Juli 2023   05:10 Diperbarui: 6 Juli 2023   22:07 592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kawin itu kan gagasan yang mesti dinarasikan, sebelum kemudian dijalankan. Narasi itu mencakup konteks, norma, arah, tujuan, dan ikhtiar atau inisiatif. 

Tanpa narasi, kawin adalah musibah. Misalnya karena ketangkap hansip. Atau barang terpeleset lalu, cilaka, hamil.

Begitu pula dengan menulis. Setidaknya menurut pengalaman subyektifku di Kompasiana, ya.

Hanya saja, jika perkawinan harus terencana, kecuali musibah ya, maka menulis tidak harus begitu.

Maksudku begini. 

Lazimnya, bila hanya mengandalkan rasio, proses menulis itu akan dimulai dengan penentuan topik atau gagasan. Kemudian bikin outline. Setelah itu kumpul, olah, dan tafsir data yang relevan. Lalu tulis draft, lanjut revisi. Sampai pada akhirnya finalisasi tulisan.

Tapi saat menulis aku tak hanya mengandalkan rasio. Intuisiku kupasang di depan, menuntun kerja rasioku.

Dengan intuisi aku mendapatkan percik-percik serendipitas, hal-hal yang tak terpikirkan sebelumnya. Itu temuan tak terduga, gagasan-gagasan untuk ditulis atau dinarasikan.

Dengan mengedepankan intuisi, dan membiarkannya menuntun rasio, maka aku tak pernah punya rencana detil tulisan. Rencana dan pelaksanaan saling-tindak selama proses penulisan. Struktur dan substansi tulisan baru kuketahui setelah rampung. 

Maaf, apakah tuturanku terlalu abstrak? Mengawang? Susah dimengerti? 

Baiklah. Di bawah ini aku beri contoh kongkrit. Pengalamanku sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun