Ketika singgah di Semarang lagi, kami menyempatkan diri berkunjung ke Museum Kota Lama. Aku baru tahu museum ini saat googling Kota Lama. Museum baru rupanya.
"Pasti ada hal menarik di museum itu, bisa jadi bahan tulisan." Pikirku begitu, tanpa tahu apa yang menarik di situ.Â
Aku baru tahu museum itu ternyata menerapkan teknologi imersif, tepat saat mengalaminya di dalam gedung. Â
Aku juga baru tahu apa itu teknologi imersif setelah keluar dari museum, hasil ngubek informasi di internet.
Lalu apa yang kualami selama 30 menit berada di dalam museum? Perasaan bodoh. Betul-betul bodoh, dalam arti tidak mendapat pengetahuan memadai tentang kota lama Semarang.Â
Yah, dalam tempo 30 menit, apa pula yang bisa diceritakan pemandu dan diserap pengunjung tentang sejarah kota lama. Jika ada maka itu adalah  kisah yang sarat lubang.
Pulang dari museum, aku tak punya gagasan apapun untuk ditulis. Apa pula yang bisa ditulis seseorang yang merasa dirinya bodoh?
Tapi perasaan bodoh itu telah merangsangku menjelahah internet, mencari keping-keping sejarah kota lama yang tak kudapatkan di museum.
Eureka! Aku mendadak mendapat gagasan untuk dinarasikan. Â Itulah proses menambal kebodohanku selepas kunjungan ke museum. Maka kutulislah artikel "Tiga Puluh Menit Bodohku di Museum Kota Lama Semarang" (K.30.06.2023). Â Artikel itu hanya meraih 2,008 views.
***
Apa yang telah kutulis di atas bukanlah tip menulis artikel. Bukan. Aku bukan orang yang percaya pada tip.