Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Senang Walau Merugi Jajal Kereta Banyubiru dari Solo ke Semarang

24 Juni 2023   09:51 Diperbarui: 25 Juni 2023   03:33 23933
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kereta api Banyubiru pemberangkatan pukul 10.40 WIB sedang menunggu penumpang di Stasiun Balapan Solo pada hari Kamis, 22 Juni 2023 (Dokpri)

Dari peron terlihat gerbong nomor 4, gerbong kami. Langsung masuk saja. Eh, kursi kami sudah diduduki penumpang lain, seorang anak muda. "Nomor kursi saya memang di sini, Pak. Eksekutif empat," jawab lelaki itu saat kutanyakan nomor kursinya.

Tuing! 

"Kita salah gerbong." Kuberi tahu istri dan kedua anak kami. Tiket kami untuk gerbong 4 kelas ekonomi. "Pantesan kursinya reclining seat", pikirku.

Jadilah kami menelusur gerbong-gerbong sampai gerbong terakhir di belakang. Itu gerbong kami, kelas ekonomi. Kursinya siku-siku kaku hadap-hadapan. Tak salah lagi.

Gerbong 4 sangat lowong saat itu. Hanya ada kami berempat dan dua keluarga lain. Anak-anak dua keluarga itu masih kecil-kecil. Mereka berlarian hilir-mudik dalam gerbong, seakan bermain di rumah neneknya.

Suasana Gerbong 4 Kelas Ekonomi. Menjadi tempat anak-anak bermain (Dokpri)
Suasana Gerbong 4 Kelas Ekonomi. Menjadi tempat anak-anak bermain (Dokpri)

Pukul 10.40 WIB. Kereta mulai bergerak maju menyeret gerbong-gerbongnya. Bagus, tepat waktu. Jempolku untuk PT KAI.

Banyubiru merayapi tanah enam kabupaten/ kota. Melewati jalur setengah lingkaran mulai dari kota Solo, Karanganyar, Sragen, Grobogan, Demak, sampai kota Semarang. Antara Solo dan Semarang,  kereta berhenti di stasiun-stasiun Salem (Sragen), Gundih (Grobogan), dan Brumbung (Demak).

Stasiun-stasiun itu dibangun Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) pada akhir 1860-an, dalam rangka perpanjangan jalur rel kereta api Samarang-Tanggung (jalur pertama) menuju Vorstenlanden (wilayah kesultanan/kasunanan Surakarta dan Yogyakarta). Usia bangunan stasiun-stasiun itu kini sudah 150-an  tahun.

Niatanku menjajal Banyubiru sejatinya didasari kesukaanku mengamati saujana agroekologi sepanjang koridor rel. Hal serupa juga kulakukan bila naik bus antarkota. 

Kalau saujana agroekologi sepanjang jalan raya Solo-Semarang aku sudah cukup tahu. Aku terbiasa bolak-balik di jalur itu pada akhir 1980-an dan beberapa kali setelahnya. Selang-seling hutan jati/sengon, tegalan, dan persawahan di lembah-lembah hulu sungai. Lalu di sebelah barat, di lereng gunung Ungaran, Telomoyo, Merbabu, dan Merapi tampak lahan-lahan hortikultura. Ada variasi saujana agroekologi gunung dan dataran. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun