Dari peron terlihat gerbong nomor 4, gerbong kami. Langsung masuk saja. Eh, kursi kami sudah diduduki penumpang lain, seorang anak muda. "Nomor kursi saya memang di sini, Pak. Eksekutif empat," jawab lelaki itu saat kutanyakan nomor kursinya.
Tuing!Â
"Kita salah gerbong." Kuberi tahu istri dan kedua anak kami. Tiket kami untuk gerbong 4 kelas ekonomi. "Pantesan kursinya reclining seat", pikirku.
Jadilah kami menelusur gerbong-gerbong sampai gerbong terakhir di belakang. Itu gerbong kami, kelas ekonomi. Kursinya siku-siku kaku hadap-hadapan. Tak salah lagi.
Gerbong 4 sangat lowong saat itu. Hanya ada kami berempat dan dua keluarga lain. Anak-anak dua keluarga itu masih kecil-kecil. Mereka berlarian hilir-mudik dalam gerbong, seakan bermain di rumah neneknya.
Pukul 10.40 WIB. Kereta mulai bergerak maju menyeret gerbong-gerbongnya. Bagus, tepat waktu. Jempolku untuk PT KAI.
Banyubiru merayapi tanah enam kabupaten/ kota. Melewati jalur setengah lingkaran mulai dari kota Solo, Karanganyar, Sragen, Grobogan, Demak, sampai kota Semarang. Antara Solo dan Semarang, Â kereta berhenti di stasiun-stasiun Salem (Sragen), Gundih (Grobogan), dan Brumbung (Demak).
Stasiun-stasiun itu dibangun Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) pada akhir 1860-an, dalam rangka perpanjangan jalur rel kereta api Samarang-Tanggung (jalur pertama) menuju Vorstenlanden (wilayah kesultanan/kasunanan Surakarta dan Yogyakarta). Usia bangunan stasiun-stasiun itu kini sudah 150-an  tahun.
Niatanku menjajal Banyubiru sejatinya didasari kesukaanku mengamati saujana agroekologi sepanjang koridor rel. Hal serupa juga kulakukan bila naik bus antarkota.Â
Kalau saujana agroekologi sepanjang jalan raya Solo-Semarang aku sudah cukup tahu. Aku terbiasa bolak-balik di jalur itu pada akhir 1980-an dan beberapa kali setelahnya. Selang-seling hutan jati/sengon, tegalan, dan persawahan di lembah-lembah hulu sungai. Lalu di sebelah barat, di lereng gunung Ungaran, Telomoyo, Merbabu, dan Merapi tampak lahan-lahan hortikultura. Ada variasi saujana agroekologi gunung dan dataran.Â