Mengapa Richard dan saya tiba pada kesimpulan yang bertolak-belakang tentang kejujuran orang NTT?
Jawabnya karena pengalamanku bersifat genuine, apa adanya, sedangkan pengalaman Richard bersifat rekayasa. Dia telah secara sengaja berencana mengetes kejujuran orang NTT.
Fakta-fakta yang teramati dalam video Tiktok Richard memberi indikasi kuat tentang rencana tes kejujuran itu.
Pertama, dengan mengatakan "Kita lihat orang NTT jujur apa nggak" Richard telah membuat hipotesa bahwa "Orang NTT tidak jujur". Â Itu predisposisi Richard.
Kedua, Richard secara sengaja mengulur waktu lima menit sebelum pergi kembalu ke warung untuk mencari ponselnya. Dia tahu persis ponselnya tertinggal, atau mungkin sengaja ditinggal, di warung Pak Azman.Â
Karena itu Richard tak mencari ponsel yang hilang karena tertinggal. Tapi hendak menguji kejujuran orang NTT, diwakili Pak Azman, pada kasus penemuan "barang tanpa tuan."
Ketiga, saat tiba di warung Richard langsung mengambil ponsel yang diklaimnya tertinggal, tanpa menanyakan keberadaan ponselnya  lebih dulu kepada Pak Azman. Alih-alih, dia menggugat Pak Azman dengan bertanya  "Kenapa tidak panggil kami?"Â
Dengan bertanya seperti itu, Richard telah memaksakan hipotesisnya terbukti, sesuai dengan predisposinya. Dia tak perduli jawaban Pak Azman yang memilih menyimpan (mengemas) ponsel itu karena tak punya motor untuk mengejar Richard ke pelabuhan.
Richard malahan berburuk sangka dengan mengatakan Pak Azman pasti akan menjual ponsel itu setelah dia danbtemannya pergi menyeberang. Ini predisposisi Richard lagi tentang  ketakjujuran orang NTT.
Tiga indikasi di atas jelas menunjukkan kesesatan logika Richard dalam aksi tes kejujuran orang NTT. Â Saya jelaskan di bawah ini.
Pertama, pembuktian karakter sosial suatu kelompok etnis tidak bisa hanya berdasar satu kasus tunggal (ponsel tertinggal atau ditinggal) yang melibatkan hanya satu individu anggota kelompok etnis itu.Â