Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Putri Ariani, Kealpaan Negara, dan Diskriminasi dalam Industri Hiburan Kita

15 Juni 2023   10:21 Diperbarui: 15 Juni 2023   13:12 1747
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tapi tentu saja selalu ada saja jalan untuk keadilan. Seterjal apapun itu.

Ajang Indonesia Got Talent (IGT) 2014 adalah jalan keadilan untuk Putri. Dari namanya saja, ada frasa got talent, ini sudah pasti -- harusnya begitu -- ajang "penemuan bakat". Bakatnya yang utama, bukan tampilan fisiknya.

Juri IGT 2014 memang kemudian berpihak pada bakat musikal Putri. Hasilnya, dia keluar sebagai juara pada usia 8 tahun. Terimakasih untuk para juri IGT 2014 -- Jay Subiyakto, Anggun C. Sasmi, Indi Barends, dan Ari Lasso -- yang benar-benar profesional.

Apakah setelah menjuarai AGT 2014 karier Putri langsung melesat di blantika industri musik pop Indonesia? 

Tidak! Industri musik pop kita lebih memilih mengorbitkan penyanyi-penyanyi perempuan tanpa cacat fisik, cantik seksi atau sekurangnya good looking-lah, dengan modal suara yang, yah, "bisa dipoleslah di studio".

Begitulah cara kerja diskriminasi dalam industri hiburan musik Indonesia.

Untungnya Putri Ariani bukan generasi Z varian "strawberry" yang gampang "luka dan remuk". Dia semacam "super-Z" yang mampu bangkit dan berjuang meraih impuan dengan memanfaatkan berkah IoT. Maka lahirlah album perdananya, Melihat dengan Hati, 16 Oktober 2020, dalam format digital. Album itu diproduksi di bawah label Satria Piningit Records, bukan label mayor; mungkin indie, atau mungkin juga bukan label musik.

Single "Loneliness" yang menggemparkan AGT 2023 itu juga dirilis dalam format digital tahun 2021. Sudah dilantunkan juga beberapa kali dalam kesempatan.

Lagu itu menyatakan keterlepasan diri Putri dari anggapan minor orang lain terhadap dirinya. Dengan kekuatan diri sendiri, dan dukungan total kedua orangtuanya (yang mundur dari pekerjaan), dia percaya suatu saat mampu meraih impuan menjadi the great. Meraih Grammy Award seperti idolanya, Whitney Huston.

Kalangan industri hiburan kita dolu boleh menertawakan Putri sebagai pemimpi buta. Tapi Putri baru saja membungkam mulut mereka dengan prestasi Golden Buzzer di AGT 2023. Simon Cowell, kendati sejumlah orang mempertanyakan keputusannya, tentu tidak asal-asalan memencet tombol idaman itu. Dia profesional, juga punya intuisi kuat, sehingga mau membukakan jalan menuju sukses untuk Putri.

Lalu lihatlah dunia industri hiburan kita yang diskriminatif dan munafik itu. Sekarang berbagai stasiun televisi dan podcast berlomba-lomba mengundang Putri, atau sekurangnya nimbrung mengabarkan kesuksesannya -- sebagian dengan bumbu-bumbu clikbait dan sweet-hoax. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun