Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Miramar

28 Februari 2023   12:05 Diperbarui: 1 Maret 2023   10:09 555
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi hidangan restoran Padang (Foto: okezone.com)

Tampak piring -piring dan panci-panci berisi aneka lauk-pauk yang menerbitkan liurku. Ada ayam goreng, gulai ayam, gulai ikan, balado tongkol, dan cincang. Lalu ada lauk yang kelak kutahu namanya rendang, gajeboh, dan dendeng.

Lalu, di dalam restoran, terlihat samar sejumlah orang bersantap. Mejanya penuh dengan piring-piring kecil, pasti berisi aneka lauk-pauk.

Pikirku, Miramar itu pastilah restoran mewah. Makanannya pastilah enak semua. Dan, tentu saja, pasti mahal.

Sejak hari itu, Miramar melekat erat dalam benakku. Atau, tepatnya, dalam anganku. 

Perbincangan dua orang pastor di asrama menyegel anganku menjadi cita-cita. Kudengar pastor yang lebih tua bercerita dirinya baru ditraktir umat makan siang di Miramar. Kulihat ekspresi wajahnya, decapan mulutnya, dan sapuan ujung lidahnya di bibir saat bercerita mengabarkan satu dan hanya satu hal. Tak ada makanan senikmat di Miramar.

"Sialan kau, pastor!" Umpatku dalam hati. Hampir gila rasaku mendengar cerita pastor itu. Ingin kutumbuk saja mulutnya tersebab iri hatiku.

"Baiklah," kataku, masih dalam hati. "Kelak bila aku sudah menjadi pastor, akan tiba juga waktuku ditraktir umat makan di Miramar."

Itu terdengar seperti sebuah dendam. Mesti dibayar lunas.

Tapi Tuhan tak memilihku. Walau sudah memanggilku. Aku tak akan pernah menjadi pastor.

Di akhir tahun ketiga, persis selulus SMP, aku dipanggil pastor rektor seminari, seorang Belanda, ke ruangannya.

"Nak, tidak semua lelaki Katolik harus menjadi pastor," hiburnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun