Tapi itu tak cukup. Â Mengingat KMB mempersyaratkan intersubyektivitas antar guru , Â guru dengan murid, dan antar murid, maka murid juga mesti diposisikan sebagai sumber belajar.
Karena itu, baik jika digagas juga Program Murid Penggerak, untuk meningkatkan akselerasi  intensifikasi dan ekstensifikasi implementasi KMB secara nasional.
Niscaya Mendikbudristek, Guru Penggerak, dan Murid penggerak akan menjadi "trikenthir" yang akan menggerakkan pendidikan Indonesia ke level "kelas dunia". (eFTe)
*Catatan:Â Dalam bahasa Jawa, kenthir diartikan gila, setara dengan gemblung dan gendheng. Â Saya memaknainya dalam tulisan ini sebagai anarkis, berpikir dan bertindak di luar keumuman Tapi bukan seuatu yang salah atau buruk, melainkan merujuk pada kreativitas dan inovasi. Â Hanya saja, karena tampak sebagai pencilan, khalayak menilainya sebagai pikiran atau tindakan menyimpang, alias "gila". Â Padahal, pikiran dan tindakan kenthir itu adalah sesuatu yang baru, berada di "luar kotak". Â Itu mungkin solusi untuk suatu persoalan yang telah diterima sebagai kewajaran, justru karena orang "waras" malas berpikir kreatif dan inovatif. Â
BacaanÂ
[1]  Isaiah Berlin, "The Hedgehog and the Fox: An Essay on Tolstoy's View of History ( Second Edition), Princeton University Press, 2013.
[2]Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 56/M/2022 Tentang Pedoman Penerapan Kurikulum Dalam Rangka Pemulihan Pembelajaran.
[3] P.B. Medawar, Advice to A young Scientist (Rev. Edition), Basic Books, 1981.
[4] "Mendikbud: Gelar Tak Menjamin Kompetensi", Â beritasatu.com (4/12/2019)
[5] Ivan Illich, Deschooling Society, Harper & Row, 1972.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI