Rubah, kata Berlin, menggambarkan tipe manusia yang terpesona oleh ragam hal yang tak terbatas. Sedangkan landak menggambarkan tipe manusia yang mengaitkan segala sesuatu dengan satu sistem pusat berbatas yang merangkul semuanya.
Sederhananya begini.
Rubah itu tahu banyak hal tapi tak mampu mewujudkan satu hal pun. Dia tak punya fokus. Juga tak punya satu sasaran besar yang akan dicapai dalam hidupnya.
Sebaliknya landak. Â Tahu satu hal dan punya satu sasaran besar dalan hidupnya. Dia juga punya kemampuan kreatif dan inovatif untuk mencapainya. Â
Sangat jelas bedanya, bukan? Rubah berlari kencang ke segala arah, sehingga tak pernah tiba di satu tujuan pokok. Landak merayap lamban ke satu atah dan, karena itu, pasti tiba di satu tujuan besar.
Tipologi Berlin itu dapat digunakan untuk membanding lulusan sekolah di Indonesia antara era Kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka. Â
Kurikulum 2013 menghasilkan lulusan tipe "rubah". Â Lulusan yang tahu banyak hal, sebanyak mata pelajaran yang didedahkan padanya. Tapi tidak tahu mau apa dan mau ke mana dengan semua pengetahuan itu.
Seorang pelajar pernah mengeluh. Terlalu banyak yang harus dia pelajari di sekolah. Juga terlalu banyak  mata pelajaran yang diujikan, sebagai dasar kelulusan.  Tapi semua itu, katanya, tak jelas manfaatnya untuk kehidupannya ke depan.
Lulusan tipe "rubah" itu hendak dicegah dengan Kurikulum Merdeka Belajar (KMB). Mulai diterapkan pada tahun ajaran 2022/2023, KMB dirancang menghasilkan lulusan tipe "landak".
Ada dua kekuatan yang menjadi ciri utama murid/lulusan tipe "landak": kompetensi tinggi dan karakter kuat.Â
Itulah tipe insan yang menguasai satu kemampuan spesifik (kompetensi), bisa menggunakannya, Â dan punya keteguhan diri (karakter) untuk meraih target.