Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Suntik Booster di Lengan, Pegalnya di Pantat

14 Januari 2023   09:52 Diperbarui: 15 Januari 2023   05:44 606
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Vaksin Corona. (Foto: BBC Magazine via detik.com)

Akhirnya Poltak disuntik dokter juga. Vaksin Booster 4, dosis ke-4, Pfizer seperti dosis ke-3, Booster 1.

Jangan iri. Sebagai lansia, Poltak diberi previlese oleh Pak Jokowi untuk didahulukan mendapat Booster 2. Kelompok rawan, soalnya.

Memang banyaklah previlese lansia itu. KTP seumur hidup, tempat duduk prioritas di MRT, antrian prioritas, dan lebih dulu dipanggil Tuhan -- biasanya gitu, sih.

Vaksinasi Covid dan lain-lain itu hanya semacam dalih saja. Agar jangan dipanggil Sang Khalik dulu. Masih banyak utang di bumi. Mulai dari target kerja pensiunan sampai artikel di Kompasiana.

Walau sudah lansia, Poltak mendaftar secara daring ke Puskesmas Kebayoran Baru. Jangan sampai gaptek dan ketinggalan zaman. Ketahuan usianya nanti.

Fix. Dapat jadwal suntik Booster-2 hari Kamis, 12 Januari 2023, pukul 16.00-17.00 WIB. Sekalian daftar bersama istri untuk Booster-1. 

Itu tadi termasuk layanan Vaksinasi Malam Hari. Jakarta punya program, dong. Provinsi gue!

Enaknya daftar daring, langsung dapat kepastian waktu. Kalau go show, kadang cuma dapat antrian panjang.

Poltak,  bersama Berta istrinya tentu saja, tiba di Puskesmas tepat pukul 16.00 WIB. Lansia harus tepat waktu, kan? 

Daftar ulang dulu. Lalu diminta menunggu sampai dipanggil dokter.

Duduk di halaman depan yang difungsikan sebagai ruang tunggu, Poltak mengamati sisa antrian pasien reguler. Ah, kasihan amat. Masih muda-muda sudah masuk Puskesmas.  

Tapi harus diakui, layanan Puskesmas Jakarta sekarang memangtyahud. Itu hasil kerja Gubernur Jakarta sejak era Fauzi Bowo, ya. 

Orang Jakarta kini jadi senang ke Puskesmas, bukan ke Rumah Sakit.  Pakai KIS, gratis.

Secara psikis nama Puskesmas itu juga bikin adem. Kata yang digunakan di situ "kesehatan", bukan "sakit" seperti pada Rumah Sakit.

Coba kalau kepanjangan Puskermas itu Pusat Kesakitan Masyarakat. Wah, ngeri.

Tapi benar juga, sih. Memang sakitlah kita bila masuk Rumah Sakit. Sakit tubuh dan dompet. Mungkin itu alasan Anies dulu merejenama Rumah Sakit menjadi Rumah Sehat.

Cuma, ya itu, ada yang otaknya terlalu kreatif. Rumah Sehat diasosiasikan sebagai Rumah Pijat yang ...ng...anu. Kebiasaan, tuh.

Tepat pukul 16.30 WIB, nama Poltak dipanggil Bu Dokter. Poltak masuk, sekalian ajak Berta istrinya, walau namanya belum dipanggil. Takut Poltak pingsan saat disuntik, lalu dokter nanya, "Istrinya mana?"

Kan, harus ada yang jawab, "Kamu nanyea?"

Prosedur standar. Timbang badan. Eh, 5 kg lebih tinggi dari ukuran timbangan di rumah. Ukur tekanan datah. Wah, 10 poin lebih tinggi dari ukuran pemantau tekan darah di rumah.

Kalau begitu caranya, lain waktu Poltak akan bawa timbangan dan pengukur tekanan darah sendirilah dari rumah.

Untung masih di bawah garis atas kebolehan vaksinasi.

Jadi Poltak boleh disuntik vaksin Booster-2.

Ibu Dokter, tukang suntik itu, tersenyum ramah sambil mengacungkan jarum suntik. Sekali lagi, tersenyum ramah sambil mengacungkan jarum suntik.

Itu kombinasi mematikan. 

"Suntik di pangkal lengan kiri, ya, Pak," kata Bu Dokter ramah.

"Dosis berapa mili, Dok?"

"Nol koma tiga."

Ih, pelit banget!

Habis disuntik, pulang ke rumah. Mau mintah tambah, gak boleh. Pelit banget tuh, Bu Dokter.

Aneh. Tiba di rumah, terasa pegal. Tapi bukan di pangkal lengan kiri, bekas suntikan. Melainkan di pantat kiri.

"Kok bisa gitu, ya?" tanya Poltak pada istri.

"Ya, bisalah," jawab Berta istrinya sambil ketawa. "Sepagian tadi kamu duduk bertumpu di pantat kiri."

Hal itu terjadi karena, sehari sebelumnya, pantat kanan Poltak tertusuk duri jeruk purut di pekarangan.

Ah, andaikan belahan pantat ada tiga. Satunya pantat serep.

Ikhwal pantat tertusuk duri itu, perlu diceritakan dalam satu cersil. (eFTe)

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun