Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Takut Dikebiri, Si Bread Menghilang

10 Januari 2023   09:22 Diperbarui: 10 Januari 2023   14:31 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bang, Poltak!"

Tiba-tiba saja Frans sudah berdiri di depan Poltak. Di teras rumah, di Gang Sapi. 

Hari masih pagi benar.

"Amang oii..., perkara apa lagi ini," keluh Poltak.

Diliriknya goreng pisang di pisin. Masih sisa tiga potong. Sepotong sudah dilahapnya tadi. Teman ngopi pagi.

"Si Bread hilang, Bang!"

Frans menghempaskan pantatnya di kursi teras. Langsung mencomot sepotong goreng pisang. Mengunyahnya emosional.

Ah, tepatnya rakus. Atau congok? Entahlah.

"Sudah lapor kau ke polisi?"

"Mana pula polisi mau urus anjing hilang, Bang."

"Bah, jangan ander estimeit kau."

"Bukan gitu, Bang. Polisi lagi repot ngurusin efek Sambo soalnya. Urusan anjing hilang gak pentinglah. Tiap hari juga ada anjing hilang."

"Sudah kau cari ke Cawang UKI?"

Di Cawang UKI ada sejumlah lapo khas Batak. Sajiannya antara lain daging anjing dan sayur kol.

"Bah, ngeri kalilah Abang ini. Jangan ngomong gitu, Bang. Sedih pula aku nanti."

"Ah, iya, maaflah. Sudah jadi kau kebiri dia?"

Poltak teringat, Frans punya rencana mengebiri Si Bread. Guna menghilangkan bukti kekerasan seksual Si Bread pada anjing tetangga.

"Belum, Bang. Baru ngomong sama istri."

"Si Bread dengar?"

"Kurasa dia dengar. Aku ngomong sambil jewer Si Bread soalnya."

"Nah, itu.  Kurasa dia terteror. Takut kehilangan dikotilnya. Kaburlah dia."

"Emang anjing ngerti omongan manusia?"

"Lha. Memangnya kau memerintah Si Bread pakai bahasa anjing?"

"Bahasa manusia, Bang."

"Nah, itu. Waktu kau bilang kebiri, Si Bread itu pasti merasakan ngilu luar biasa pada dikotilnya. Kaburlah dia."

"Oh, begitu, ya, Bang."

Frans menoleh takjub pada Poltak. "Luar biasa. Apa Bang Poltak ini pernah jadi anjing, ya," pikirnya.

"Jadi gimana ini, Bang. Biar Si Bread pulang kembali."

"Gampang itu. Beli aja anjing betina perawan yang cantik menawan. Pasti Si Bread pulang kandang."

Pikir Poltak, perilaku anjing tak jauh dari perilaku tuannya.

"Bah, betul juga kau, Bang. Baiklah. Aku pamit dulu. Mau beli anjing betina ke Jalan Barito atau Latuharhari. Mauliate, Bang."

Frans bergegas pulang ke rumahnya di Jalan Amat Buras.

Poltak tersenyum puas. Menoleh ke pisin goreng pisang.

Astaga! Tiga potong tandas sudah.

"Kenapa sih orang kaya selalu makan jatah orang miskin?"

Poltak menggerutu. Menghela napas panjang. Tenang. Jangan hoogh spanning!

Orang miskin dilarang stroke. (eFTe)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun