Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[Poltak #100] Penyair Dadakan dari Panatapan

21 Desember 2022   20:39 Diperbarui: 21 Desember 2022   21:39 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kolase foto oleh FT (Foto: kompas.com/Dok. Istimewa)

Poltak berteriak dari atas bukit sambil menengadah ke arah selatan, ke arah Bakkara. 

Maka mulailah hari-hari penggalian ilham dan penataan kata-kata.  Poltak mendadak jadi pendiam. Kerap menyendiri. Sorot matanya terkadang tajam menakutkan.

Sudah pasti Binsar dan Bistok yang menebar isu. Tersiarlah kabar Poltak kesurupan roh Sisingamangaraja. Mula-mula hanya di kelas enam SD Hutabolon. Kemudian meluas ke kelas-kelas di bawahnya.

Poltak mendadak menjadi anak yang dihormati sekaligus ditakuti di sekolah. Sebab siapapun yang kesurupan roh Sisingamangaraja, pastilah dia menjadi sakti.

"Tidak. Aku tak kesurupan roh siapapun," sanggah Poltak suatu kali di depan teman-teman sekelasnya. 

Tidak ada yang percaya. Tidak juga Berta. Dia malahan takjub dan bangga paribannya itu kesurupan roh Sisinganangaraja.

Poltak masa bodo. Terserahlah apa kata orang. Dia terlalu sibuk menggali inspirasi untuk puisinya. Tak ada waktu menanggapi kesintingan orang-orang sekitar.

Sumber inspirasi bagi Poltak adalah kisah dari seorang Ulu Punguan, tetua komunitas Parugamo Malim atau Parmalim di Binangalom. Orang yang bertemu dengannya saat acara adat marhata sinamot untuk perkawinan Hotman, abang si Bistok.

Sebuah pertemuan yang aneh sebenarnya.

"Boru Saniangnaga, penguasa danau, suka pada kau, Nak," kata Ulu Punguan itu menjelaskan penyebab Poltak terjebak di dasar air terjun Situmurun.

"Boru Saniangnaga? Siapa itu?" Poltak bingung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun