Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Kisah Dua Generasi: Ayah Bebas PR, Anak Sarat PR

31 Oktober 2022   11:28 Diperbarui: 2 November 2022   11:30 1194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tentu kesimpulan seperti itu terbuka untuk diperdebatkan. Sebab terlalu banyak sudut pandang tentang sisi-sisi positif dan negatif "sarat PR" dan "bebas PR" yang harus dipertimbangkan. Dari sisi edukasi, psikologi, sosial, sampai ekonomi.

Jadi, apakah sekolah akan menerapkan metode "bebas PR" seperti pengalaman Poltak, atau metode "sarat PR" seperti pengalaman Tiur, anak perempuan Poltak?

Menurut hemat saya, hal itu sebaiknya diputuskan dalam suatu rembug antara guru (sekolah) dan orangtua murid.  Harus disadari, PR (ala Tiur) ataupun tugas non-PR (ala Poltak) itu di luar kontrol langsung sekolah, sehingga dalam prakteknya anak dan orangtuanya yang harus bertanggungjawab.  Jadi apakah sekolah akan menerapkan metode PR atau tugas non-PR, dan seperti apa penerapannya, pertama-tama harus didasarkan pada pendapat orangtua. 

Satu hal perlu diingat, sekolah itu sejatinya salah satu ajang bahagia untuk anak. Karena itu jangan biarkan PR atau semacamnya itu merampas kebahagian bersekolah dari anak. (eFTe)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun