Pehape K-Rewards. Engkong dijanjikan akan mendapat K-Rewards ternyata Admin cuma pehape. Engkong sedih. Sudah tua, kok ya masih di-pehape. Jadi teringat kisah lara di masa muda.
Pelecehan humor. Artikel humor -- bukan tentang humor -- agaknya terbilang paling tak dihargai Admin Kompasiana. Jarang, sangat jarang HL.Â
Dulu sub-kanal "Humor" malah sempat dihilangkan. Itu pelecehan yang bikin Engkong meradang zonder menerjang.Â
Untunglah "humor" kemudian muncul lagi di kanal "Life". Â Masih jauh dari harapan Engkong yang mengusulkan "humor" masuk kanal "Fiksiana".Â
Tapi, ya, lumayanlah. Sudah syukur ada lagi "rumah humor" di Kompasiana.Â
Penggusuran novel. Ini yang paling bikin sakit hati. Engkong lagi asyik-asyiknya menganggit novel Poltak, eh, rumahnya digusur dari kanal "Fiksiana". Sekarang gak ada lagi sub-kanal "Novel".Â
Akibatnya Poltak terpaksa mengungsi ke dalam kanal "Fiksiana" langsung. Itu sama saja masuk fasilitas "tenda umum" untuk pengungsi. Sedihlah.Â
Pemblokiran akun teman. Ini menyedihkan. Kalau akun teman kompasianer diblokir lantaran mengagihkan 5 artikel fitnah atau provokasi berbasis hoaks, okelah. Bisa diterima.
Tapi jika akun diblokir  lantaran mengagihkan 5 artikel plagiat, nah, itu layak dipertanyakan. Bukan karena Engkong toleran pada plagiator. Bukan. Tapi karena reliabilitas alat ukur  plagiasi/plagiat yang digunakan Admin -- seperti tercantum dalam  "Ketentuan Konten" Kompasiana -- menurut Engkong kurang bisa dipertanggung-jawabkan.
Engkong tiba pada kesimpulan itu setelah memeriksa dua artikel seorang kompasianer yang akunnya diblokir. Jika dugaannya plagiasi, dan ukurannya adalah ketentuan konten, maka dua artikel itu mestinya tak tergolong plagiat.
Mungkin Engkong salah periksa. Tapi tak ada salahnya bila Admin meninjau-ulang alat ukur plagiat itu. Agar tak sampai menghukum seseorang yang sejatinya tidak bersalah.Â