"Nah, ini makam Ompu Solompuan Sidabutar, raja ketiga. Â Dia memerintah sekitar tahun seribu delapanratusan." Tulang Dabutar menunjuk makam semen di sebelah kiri.
"Kenapa ada tanda salibnya, Tulang," tanya Alogo terheran-heran.
"Oh, Ompu Solompuan sudah beragama Kristen. Â Dia dibaptis oleh Ompui Nommensen, Apostel Batak asal Jerman."
"Raja pertama dan kedua agamanya apa, Tulang," Â tanya Poltak.
"Mereka Parmalim. Mengikuti ajaran Ompu Si Raja Batak."
Parmalim, par ugamo malim, adalah penganut religi asli orang Batak, yaitu kepercayaan kepada dewata Mulajadi Na Bolon, Pencipta Yang Mahakuasa, Asal Mula Segala Yang Ada.
"Baiklah, anak-anak. Sudah siang. Sudah lapar, kan? Kita makan siang dulu di rumah mertua Pak Guru, ya." Guru Arsenius menyudahi kunjungan ke makam raja-raja.
"Lapar, Gurunami!" Anak-anak laku serentak menyahut.Â
"Ya, Pak Guru tahu. Nanti habis makan siang, kita main dulu ke pantai Tomok. Setelah itu, pulang."
"Gurunami, jangan Si Alogo yang memimpin doa makan nanti," pinta Gomgom sambil memegangi perutnya yang keroncongan.
"Bah, kenapa rupanya, Gomgom."